Powered By Blogger


Imam Abubakar as-sakran lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik dalam rumah kemuliaan, ketaqwaan dan ilmu. Beliau seorang yang hafal alquran dan menamatkannya pada setiap pagi hari. Imam Abubakar merupakan kesayangan ayah dan saudara-saudaranya. Beliau dinamakan as-sakran karena jika sedang beribadah kepada Allah swt melupakan segala aktivitas lainnya tenggelam dalam suasana dzikir kepada Allah swt.

Berkata saudara belia syaikh Ahmad bin Abdurrahman Assegaf, ‘Saya melihat mahkota guru besar berada di atas kepala saudaraku Abibakar’. Syaikh Umar Muhdahr berkata, ‘Jika keluarga Abdurrahman Assegaf diberi suatu kemuliaan maka cukuplah saudaraku Abubakar merupakan kemuliaan itu’. Imam Abubakar as-sakran berkata, ‘Derajatku sama dengan kakekku Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam yang mempunyai maqam auliya’. Beliau berkata pula, ‘Kakekku Ali bin Alwi telah member dua keistimewaan kepadaku, pertama aku mempunyai anak bernama Abdullah dan kedua aku mengetahui segala sesuatu yang berada antara Arasy dan Poros bumi’.

Imam Abubakar assakran adalah seorang yang sangat takut kepada Allah swt, beliau pernah menyendiri mengasingkan diri dari keramaian selama sebelas bulan tidak tidur baik malam maupun siang. Beliau dapat menyaksikan ka’bah dan apa yang ada di sekitarnya dari kota Tarim. Beliau seorang yang selalu tenggelam dalam dzikir dan doa kepada Allah swt, bertawassul kepada para auliya’ dan selalu bersikap khusnu dzhon, banyak mendoakan anak-anaknya.

Syaikh Ali bin Abibakar Assakran dalam kitabnya al-Barkah al-Musyiqah menyatakan, …beliau adalah salah satu wali besar ahli ma’rifah yang sempurna dalam jalan kefakiran, pemaaf dan penyantun, tempat mengalirnya ilmu-ilmu syariah tanpa bisa dibendung, mempunyai kedudukan yang agung, suka berkhalwat.

Pada suatu hari seorang lelaki ingin meminang seorang wanita, syaikh Abubakar berkata, ‘lelaki ini tidak akan menikah dengan wanita tersebut, akan tetapi ia akan menikah dengan ibu wanita tersebut. Kejadian tersebut terbukti dengan cerainya ibu wanita itu dengan suaminya dan kawin dengan lelaki yang meminang anak gadisnya.

readmore »»

Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.
Mereka menukil dari Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan) atau dhaif atau maqthu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain. Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad, karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui dan dan membenarkan hal ini bahwa mereka menerapkan ilmu al jarh wa at ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash Shadiq, mereka menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat, hingga pada akhirnya mereka pada perubahan dan penggantian ayat-ayat Al Qur-an.
Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Ja`far. Padahal para ahli ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
Kitab Rasail Ikhwan Ash Shafa. Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga hijriyah (321 H - 447 H). Sementara Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak bagi Ja`far Ash Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Kitab Al Ja`far, yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
Kitab Ilm Al Bithaqah.
Kitab Al Jadawil atau Jadawil Al Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
Kitab Al Haft.
Kitab Ikhtilaj Al A`dha.
Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah, Tafsir Al Qur-an, Manafi` Al Qur-an, Qira`ah Al Qur-an fi Al Manam, Tafsir Qira`ah As Surah fi Al Manam dan Al Kalam `ala Al Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini adalah kitab-kitab Ja`far Ash Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash Shufi Ath Tharthusi Al Kimai (200 H). Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan amanahnya. Dia memang menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Ja`far Ash Shadiq melainkan Ja`far Al Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad sementara Ja`far Ash Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang telah dinasabkan kepada Ja`far Ash Shadiq ini.
Sekapur Sirih Tentang Kehidupan Ja`far Ash Shadiq
Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Begitu pula ia adalah keturunan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Ja`far Ash Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Dia dilahirkan di Madinah tahun 80 H dian wafat tahun 148 H dalam usia mendekati 68 tahun. Dia wafat di tempat dia dilahirkan yaitu Madinah. Dia meninggalkan tujuh putra: Ismail, Abdullah, Musa Al Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan Fathimah.
Dia benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal dari diri Ja`far selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu digelar ash shadiq. Dia juga digelari al imam oleh ahlus sunnah karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Ja`far menimba ilmu dari para sahabat besar seperti Sahl bin Sa`ad As Sa`idi dan Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan dari ulama tabi`in seperti Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab Az Zuhri, Urwah bin Az Zubair, Muhammad bin Al Munkadir, Abdullah bin Abu Rafi` dan Ikrimah Mawla bin Al Abbas Radhiyallahu anhuma.
Diantara murid-muridnya adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri, Syu`bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak memuji dan menyanjung.
Ja`far Ash Shadiq termasuk orang yang sangat mencintas kakeknya Abu Bakar Ash Siddiq dan juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat mengagungkan keduanya karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.
Ja`far juga membenci Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,
Sesunggunya kalian insya Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar maka aku berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka dia berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam pada hari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya.` Ucapan imam Ash Shadiq seperti ini dia ucapkan dihadapan bapaknya, Imam Muhammad bin Ali Al Baqir dan dia tidak mengingkarinya. (Tarikh Al Islam 6/46)
Hafsh bin Ghayats murid dari Ash Shadiq berkata, Saya mendengar Ja`far bin Muhammad berkata, `Aku tidak mengharapkan syafaat untukku sedikit pun melainkan aku berharap syafaat Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua kali`.
Sebagaimana murid Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa-is Al Mulai mengatakan, Saya mendengar Ibnu Muhammad (Ash Shadiq) berkata, `Allah ta`ala berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar`. (Syiar Alam An Nubala : 260).
Zuhair bin Mu`awiyah berkata, Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad, `Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara` (berlepas diri) dari Abu Bakar dan Umar`. Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah berbara` dari tetanggamu itu, demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar. Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit) maka aku berwasiat kepada pamanku (dari ibu) Abdurrahman bin Al Qasim. (At Taqrib, Ibnu Hajar, Tarikh Al Islam, Adz Dzahabi).
Semua teks ini adalah dari Ja`far Ash Shadiq, secara jelas menjelaskan kecintaanya kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta taqarrubnya kepada Allah dengan wasilah mahabbah dan wala` tersebut. Juga menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` kepada yang bara` dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah agar Allah memutus segala Rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.

Maraji`: Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah

Abdullah bin Saba` Tokoh Fiktif?

Oleh Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam

Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu dielu-elukan oleh orang syi`ah modern dan orang orentalis, agar mereka bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah.
Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan Abdullah bin Saba, sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya :
1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, yang teksnya: Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali `alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba. Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk San`a, seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al Madain….Ref : Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971) hal : 22, 23.
2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr, Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : Wahai Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain Ref : Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbu`ati `athani, Teheran 1963.
3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat barita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalu ia menyebutkan satu contoh, yaitu bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuh puluh saksi atas kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi.Ref : Firaqus Syi`ah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931.
4) AL Kisysyi mencantumkan (dari tokoh-tokoh abad ke empat) beberapa riwayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya, dan ini sebagiannya: Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al Qummi, ia berkata : telah menceritakan kepada saya Sa`ad bin Abdillah bin Abi Khalaf Al Qummi, ia berkata telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin Abdillah bin Sinan telah berkata : telah menceritakan kepada saya Abu Ja`far Alaihis Salam : sesungguhnya Abdullah bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam, sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata : Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya : Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebanaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata : syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu.Ref : Al Kisysyi : Rajalul Kasysyi hal : 98, 99, Ma`rifatu Akhbaarir Rijaal (al mathba`ah al musthafawiyah 1317) hal : 70.
5) Abu Hatim Ar Razi (322H) (bukan Abu Hatim Sunni karena ia meninggal th 277 H) menyebutkan bahwasanya Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikuti perkataannya dari kalangan As Sabaiyah, adalah mereka mendakwakan sesungguhnya Ali adalah Tuhan dan beliau menghidupkan orang mati, dan mendakwakah menghilangnya Ali setelah meninggal dunia dan berhenti sebatas itu… Ref : Az Zinah Fil Kalimaatil Islamiyah Al `Arabiyah, hal : 305. ditahqiq oleh DR. Abdullah bin Salum As Samiraai (terbitan Daarul Huriyah litaba`ah, di baghdad 1392 H / 1972).
6) Berkata syeikh golongan ini : Abu Ja`far Muhammad bin Al Hasan at Thuusi (460 H) tentang Ibnu Saba, bahwa sesungguhnya ia telah kembali kepada kekafiran dan menampakkan pujian yang melampaui batas, kemudian ia menukilkan di kitabnya Tahdziibul Ahkaam sikap Ibnu Saba dimana ia menantang Ali dalam mengangkat kedua tangan ke langit.Ref : At Thuusi Tahdziibul Ahkaam (diterbitkan oleh Darul Kutub Al Islamiyah / Teheran, cetakan ke dua) dita`liq oleh Hasan AL Musawi, 2/322.
7) Al Hasan bin Ali Al Hulliy (726 H) menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).Ref : Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah / An Najfah 1392 H) : 2/71.
8) Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mu`tazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syi`ah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nas (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam.Ref : Tabaqatul Mu`tizilah (diterbitkan oleh Faranz Syatain / cetakan Al Katolikiyah / Bairut hal : 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal : 5.
Ini adalah sebagian kecil dari nash-nash yang dikandung oleh buku-buku syi`ah dan riwayat-riwayat mereka tentang Abdullah bin Saba, dan saya sebutkan di riwayat-riwayat di atas tanpa komentar karena nas itu sendiri sudah cukup untuk memberikan apa yang kita maksudkan di sini, nas-nas itu boleh dikatakan dokumen-dokumen tertulis yang membantah orang-orang dari kalangan syi`ah belakangan ini yang berusaha untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba dan meragui kabar beritanya, dengan dalih sedikitnya berita atau lemahnya sumber-sumber yang menceritakan.
Saif bin Umar At Tamimi
Menurut orang Syi`ah modern Abdulah Bin Saba` hanyalah tokoh fiktif ciptaan Saif bin Umar Tamimi yang disebut pertama kali dalam bukunya berjudul al-Futuh al Kabir wa ar Riddah dani al-jamal wamasiri Ali wa Aisyah (170 H). Mereka juga mengatakan bahwa keberadaan Abdullah bin Saba` ini adalah fiktif, dikarenakan hanya bersumber dari satu orang yaitu Saif At-Tamimi, yang dinilai cacat (oleh ahli jarh wa ta`dil). Tertolaknya riwayat tentang Abdullah bin Saba` bukan hanya karena dalam jalur periwayatannya terdapat Saif At-Tamimi, melainkan bahwa Saif At-Tamimi merupakan sumber tunggal tentang cerita keberadaan Abdullah bin Saba` yang dengan predikat semacam itu maka sudah semestinya setiap kisah dari Saif At-Tamimi tidak bisa dipercaya, baik dalam wacana syari`at maupun tarikh.
Perkataan tentang Saif bin Umar At Tamimi tersebut seakan mereka sedang berusaha untuk menegakkan benang basah, dengan dalih Saif bin Umar At Tamimi haditsnya tidak bisa diterima, maka saya katakan:
Kalau seandainya yang anda cantumkan dari perkataan ulama jarh wa ta`dil tentang Saif bin Umar at Tamimi, bahwa lemah dan haditsnya tidak bisa diterima maka pembicaraan anda terfokus pada Saif bin Umar At Tamimi yang berkapasitas sebagai muhadits (ahli hadits dan yang meriwayatkan hadits). Tapi apa gerangan perkataan ulama tentang dia sebagai orang yang berkapasitas Ahli sejarah, marilah kita kembali ke buku-buku rijal (jarh wa ta`dil):
Berkata Adz Dzahabi : adalah ia sebagai ahli sejarah yang mengetahui (Mizan `Itidal : 2/255).
Berkata Ibnu Hajar : Lemah dalam Hadits, pakar (rujukan) dalam sejarah (Taqriibut Tahdziib no 2724).
Dangan ini habislah lemah dan ditinggalkan yang dinisbatkan ke diri Saif sebab perkataan itu ditujukan dalam segi Hadits bukan dalam segi sejarah. Inilah titik pembahasan kita.
Perlu diketahui, kita harus membedakan antara meriwayatkan hadits dengan yang meriwayatkan sejarah (kisah), maka atas yang pertama (riwayat hadits) hukum-hukum dibangun dan ditegakkan, dilaksanakannya hudud, maka ia berhubungan langsung dengan pokok syariat agama yaitu sunnah nabi, dan sinilah ulama selalu sangat hati-hati menentukan syarat-syarat orang yang akan diambil riwayatnya. Berbeda halnya dengan riwayat sejarah (kisah), walaupun tak kalah penting -apalagi dalam mengisahkan sejarah sahabat- akan tetapi tidak melahirkan hukum-hukum yang lazim dari ajaran agama, karena perkataan seseorang itu bisa dipakai dan dibuang kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi) sebagaimana kata Imam Malik. Sebab semua perkataan nabi menjadi syariat bagi kita, semua yang shahih harus diambil dan tidak boleh ditinggalkan.
Sebagai argumen yang memperkuat perkataan kita bahwa Saif bin Umar at Tamimi ini adalah umdah, pokok, dan tempat bersandar dalam masalah sejarah, diantaranya:
1) Bahwa Imam Thobari menukil darinya kejadian-kejadian fitnah lebih banyak daripada yang lain, sampai-sampai ia berpatokkan kepadanya. (lihat At Thobari :4/344).
2) Kemudian Adz Dzahabi menjadikan Saif adalah salah satu sumber yang dipegangnya dalam kitabnya Tarikhul Islam. (lihat tarikhul Islam : 1/14,15).
3) Adapun Ibnu Katsir ia lebih cenderung untuk menshahihkan riwayat Saif dalam kronologi terbunuhnya Utsman, walaupun ia mencatumkan lebih dari satu riwayat dalam bab itu, perlu diketahui bahwa di bab itu ada riwayat Khalifah bin Khayat (salah seorang guru Bukhari) dan riwayatnya lebih kuat dari riwayat Saif. (lihat bidayah wan nihayah : 7/203).
Dari pandangan ahli sejarah yang terdahulu kita meninjau pendapat ahli sejarah masa kini tentang Saif bin Umar At Tamimi :
Muhibbuddin Al Kahthib berkata tentang Saif : …. Dan beliau adalah ahli sejarah yang paling mengetahui tetang sejarah Iraq
Dan darinya dari guru-gurunya ia berkata : dan ia orang yang lebih mengetahui dari kalangan ahli sejarah tetang kejadian di Iraq.
Berkata Ahmad Ratib `Armusy : dan jelas dari referensi buku-buku biografi, bahwa sesungguhnya Saif tidak termasuk perowi hadits yang diandalkan (dipercayai), akan tetapi pengarang-pengarang buku biografi itu sepakat bahwa dia adalah pakar / pemimpin dalam sejarah, bahwasanya dia itu adalah ahli sejarah yang mengetahui, dan sungguhn At Thobari telah bersandar kepadanya dalam kejadian-kejadian di masa permualaan Islam. (lihat buku Fitnah wa waqi`atul Jamal, hal : 27)
Adapun Dr. Ammar At Tholibi mengisyaratkan bahwa Saif adalah termasuk ahli sejarah yang terdahulu, karena ia meninggal pada zaman pemerintahan Ar Rasyid (193 H) setelah tahun 170 H. dan dari segi lain ia merupakan rijal Tirmizi (279 H) -orang-orang yang melaluinya Tirmizi meriwayatkan hadits-, dan ia (Tirmizi) belum menyanggah riwayatnya akan perowi lain. Dan tidak seorangpun dari kalangan ahli hadits dan ahli sejarah yang membantah khabarnya (riwayatnya) khususnya berhubungan dengan Ibnu Saba. (lihat buku : Araa` Khawarij : 77).
Kita tambahkan lagi di sini bahwa sesungguhnya orang-orang yang menghukum Saif itu lemah (dalam hadits), dan berbicara tentang dirinya, mereka meyebutkan Ibnu saba, dan mereka tidak mengingkarinya, seperti : Ibnu Hibban (Al Majruhiin 1/208 dan 2/253), Adz Dzahabi (Al Mughni fi Du`afaa` 1/399 dan di Mizanul `Itidal 2/426) dan Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/290).
Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba, bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah terdahulu yang menjadi pegangan mereka. Dan sesungguhnya orang yang berusaha mengkaburkan dan mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba, sama dengan orang yang mengingkari cahaya matahari pada siang bolong yang terang benderang. Dan sama dengan orang yang mengingkari keberadaan Khumaini celaka yang telah meninggal

Friday, June 10, 2005

fatwa-fatwa sesat syiah rafidhoh

Mereka adalah penyebab terciptanya langit dan bumi
Langit dan bumi diciptakan untuk Ali begitu juga Shiratal Mustaqim, pintunya dan tali penghubung antara Allah dan hamba-hambanya seperti para Rasul Nabi , para Haji dan para wali, (Al Wafi 8/224).
Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi ini dan menyerahkan pengelolaannya kepada Ali dan keluarganya. Mereka dapat menghalalkan dan mengharamkan apa saja yang mereka kehendaki, karena kehendak mereka adalah kehendak Allah (Al Kaafi /365).
Dunia dan akhirat itu milik imam, dia bebas memberikannya pada siapa saja, (Al Kaafi 1/337).
Mereka beranggapan bahwa para imam itu. Bahwasanya Allah memandangi para penziarah kuburan Husain pada sore hari Arafat sebelum melihat pada jamaah haji yang sedang wukuf. Abu Abdillah berkata : “karena di arafah terdapat anak haram sedangkan di kuburan Husein tidak ada anak haram di sana (karena selain syiah adalah anak haram ) Kitab Al Wafi jilid 2 - juz 8 hal 222. Maksud anak zina bagi syiah adalah kaum muslimin selain pengikut Syi’ah.
Bahkan dalam Al Kafi jilid 8 hal 285 : Setiap orang adalah anak zina kecuali Syiah. Dalam tafsir Ayyasyi jilid 2 hal 218 dan Al Burhan jilid 2 hal 139 : setiap anak yang lahir di tunggui oleh iblis ,bila yang lahir itu berasal dari kelompok Syiah maka terjaga dari iblis, bila bukan dari kelompok Syiah maka syetan meletakkan jari-jarinya pada lambung belakang anak laki-laki agar kelak menjadi orang tercela dan bila kelamin perempuan agar kelak menjadi pelacur.
Taat kepada Ali lebih penting dari pada taat kepada Allah.
Dalam mukadimah tafsir Al Burhan tercantum : bahwa Allah berfirman Ali bin Abi Tholib adalah hujjahKu di atas ciptaan-Ku. Saya tidak akan memasukkannya ke neraka siapa yang memberikan haknya walau dia mendurhakai-Ku dan tidak akan saya masukkan surga orang yang mengingkarinya walau ia taat pada-Ku (Al Burhan hal 23).
Tak ada yang mengumpulkan al quran kecuali para imam
Alquran diturunkan terdiri dari 17 ribu ayat (Al Kafi 2/463). Al Majlisi dalam Mir’atul Uqul mengatakan bahwa riwayat ini terpercaya.
Para imam itu lebih utama dari para Nabi Allah. Derajat mereka lebih tinggi daripada para Malaikat, Nabi, Rasul.
Para Imam memiliki kedudukan mulia dan kekuasaan atas makhluk, seluruh atom di alamini tunduk pada mereka. Posisi ini tidak dicapai oleh malaikat maupun para Nabi. Kitab Al Hukumah Al Islamiyah karangan Khomeini halaman 52.
Allah telah mengusapkan tangan kanannya pada keluarga Ali dan memberikan cahayanya pada mereka
Tak ada keselamatan kecuali kalian wahai keluarga ali, tidak ada tempat selain dari kalian wahai mata Allah yang melihat (Biharul Anwar : 94/37).
Kalian adalah kesembuhan utama dan obat yang menyembuhkan bagi yang meminta kesembuhan pada kalian. Biharul Anwar jilid 94 hal 33.
Para Nabi bertawasul pada para imam dalam berbagai doa dan permintaan mereka. Ketika nabi Nuh hendak tenggelam, ketika Nabi Ibrahim dilempar ke api, Nabi Musa hendak menyeberangi laut, Nabi Isa akan dibunuh oleh orang Yahudi semuanya bertawasul dengan para Ahlul Bait untuk keselamatan mereka (Biharal Anwar 26/325 Wasa’ilusyi’ah jilid 4 hal 1134).
Majlisi berkata : Allah hanya disembah, dikenal dan diesakan dengan perantaraan para Imam. Biharul Anwar jilid 23 hal 103.
Para imam berkata apabila kalian punya keinginan kepada Allah tulislah sebuah tulisan pada sesobek kertas dan letakkan pada salah satu kuburan keluarga Ali atau bungkus dan masukkan sedikit tanah yang bersih dan letakkan di sebuah sungai, sumur yang dalam atau oase padang pasir, pasti akan sampai pada Mahdi kemudian akan dia sendiri yang mengkabulkan apa yang akan menjadi kehendakmu (Biharal Anwar 94/29).
Komentar : berarti Majlsi berpendapat bahwa yang mengabulkan doa dan permohonan manusia bukanlah Allah tapi Mahdi Alaihissalam.
Beberapa contoh tulisan
Barang siapa berdoa kepada Allah dengan perantara Ahlul Bait maka akan mendapatkan keuntungan dan sebaliknya sampai para Nabi pun terkabulkan karenanya apabila bertawasul dengan Imam Ahlul Bait (Biharul Anwar : 23/103).
Nabi Yunus dimakan ikan paus hanya karena dia mengingkari Imamah Ali bin Abi Tolib, setelah dia percaya maka dikeluarkan oleh Allah. Biharul Anwar jilid 26 hal 333.
Karena perantaraan Imam pohon bisa berbuah dan buah masak di pohon. Karena perantaraan merekalah sungai mengalir, karena mereka pula hujan turun dari langit dan rumput tumbuh di permukaan bumi. Jika tidak ada para imam niscaya Allah tidak akan disembah. Al Kafi jilid 1 hal 112.
Para Imam adalah Sholat yang diperintahkan oleh Allah. Dalam Al Kafi diterangkan mengenai makna Ayat dalam surat Al Mudatsir ayat 42-43 bunyinya:
Artinya : "Apa yang membuat kamu masuk dalam neraka saqor? Kita di dunia tidak pernah menunaikan sholat."Maknanya adalah : kita tidak mengakui keimamahan Ali dan para Imam dari keturunannya. Kita dulu tidak menjadi pengikut para Imam. Al Kafi jilid 1 hal 347-360.
Barang siapa mengenal para imam berarti beriman dan barang siapa mengingkari maka kafir (Al Kafi 1/144).
Sesungguhnya sayalah (Ali) yang ditugasi membagi masuknya orang ke surga dan neraka (Al Kafi : 1/ 153).
- Dunia dan akhirat adalah milik Imam, terserah, mau diberikan sama siapa saja itu terserah pada para Imam (Al Kafi 1/337). Mereka yang menguasai kunci kekayaan yang ada di bumi, kapan saja boleh mengeluarkan emas-emas yang ada di dalam tanah itu (al Kaafi 1/394).
- Diperbolehkan Towaf pada kubur Nabi dan kubur para Imam (Al Kafi jilid 1 hal 287).
Minta pertolongan, perlindungan, basmallah, selain Allah tidak dilarang.
Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka , mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi kemudian.(Al Kafi jilid 1 hal. 204) ciptaan Allah dan yang akan diciptakan.
Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka dia bukan Imam(Al Kaafi 1/225).
Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada keluarga Nabi dengan perantara Jibril as” (Al Kaafi 1/330).
Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as ia sedang duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih bayi,dia berbisik-bisik dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam hingga mereka berdua selesai berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya, lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada tuanmu berikan salam padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak) menjawab dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama anak perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah. Kemarin aku meberi nama anakku dengan Humaira’[1] (Al Kaafi 1/247).
Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin tahu jika tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan kemurtadan. Karena oarng yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu setelah Nabi adalah kafir. Ingat perang Riddah, Abubakar Assiddiq memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku mendapat wahyu. Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang budak dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama Muhammad ibnu Hanafiyah.
Mereka di ajarkan hal-hal yang ghoib dari Allah
Sementara Para imam mengetahui seluruh perkara ghoib, tapi menurut mereka Allah tidak meiliki ilmu secara mutlak , tapi Syi’ah berpendapat bahwa Allah bias saja mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Setelah Musa Al Kazim wafat, Allah emngetahui hal baru yang tidak diketahui oleh Allah sebelumnya Allah tidka pernah disembah dan diagungkan seperti ketika dikatakan bahwa Allah memiliki sifat kebodohan seperti ini(Al Kaafi jilid 1 hal 113).. Karena jika Ilmu Allah itu mutlak maka Dia Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi kemudian. Dalam Al Kafi jilid 1 hal 263 dikatakan : Allah mengetahui sesuatu yang baru tentang Abu Ja’far yang sebelumnya(Allah) tidak tahu.
Ini berarti Allah bukan Maha Tahu, krn jika Maha Tahu, pasti mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang baru diketahui oleh Allah.
Seorang Imam tidak akan wafat sebelum mengetahui siapa penggantinya. (Al Kafi jilid 1 hal 218).
Para Imam mengetahui seluruh yang telah terjadi dan yang belum terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka. Inilah perbedaan antara Imam dan Nabi,para Nabi mengetahui kejadian yang lampau dengan wahyu Allah dan tidak mengetahui masa depan kecuali yang diwahyukan dari Allah saja.
Para imam mengetahui kapan mereka mati, merka tidak mati kecuali atas kehendak mereka sendiri.
Diperbolehkan meminta pada selain Allah pada saat saat genting.
Kita dilarang mengatakan bahwa Allah memiliki tangan, memiliki wajah, tapi boleh saja mengatakan bawha Ali bin Abi Tolib adalah wajah Allah.
Dari Abi Abdilah ia berkata : “ lalu diperlihatkan api neraka pada mereka, lalu berkata, “masuklah kalian ke neraka dengan izinku!”. Orang pertama yang masuk neraka adalah Muhammad SAW, kemudian di ikuti oleh para Ulul Azmi, para pewaris dan pengikutnya, lalu dia berkata pada manusia golongan kiri (Ashabusyimal) masuklah ke neraka dengan ijin saya, mereka menjawab ya Tuhan apakah kau ciptakan kami untuk dibakar, ia berkata kepada Ashhabul Yamin keluarlah kalian dari neraka atas ijinku. Api Neraka tidak sedikitpun melukai mereka(Al Kaafi 2/9).
Para sahabat sama merubah Al Qur’an dan melakukan konspirasi.
Hafshah dan Aisyah telah meracuni Rasulullah dan mengumpulkan uang lalu membagi-bagikan pada orang-orang yang membenci Ali. Penduduk Makah dengan terang-terangan menentang Allah. Penduduk Madinah lebih jelek dari penduduk Makah 70 kali (Al Kaafi 2/301).
Dikatakan juga bahwa bangsa Romawi itu lebih baik dari bangsa Syam karena orang Romawi kafir namun tidak memusuhi Ahlulbait sedang orang Syam kafir dan memusuhi kita (Al Kaafi 2/301).
Penghuni Bungker yang dimulyakan Allah.
Imam Mahdi yang bersembunyi dalam Sirdab seharusnya disebut “imam dalam pengasingan” seperti pemerintahan dalam pengasingan, yang memerintah sebuah negeri dari luar negeri tersebut.
Penafsiran yang menyesatkan
Dari Jabir dari Abi Abdillah as tentang penafsiran firman Allah:
Bahrain; dua laut, yang bermaksud adalah Ali dan Fatimah
Ali tidak mendholimi Fatimah dan sebaliknya.
Al Hasan dan Al Husain As

[1] Humaira’ adalah nama panggilan Aisyah istri Nabi.
posted by Abu Hanan Sabil Arrasyad at 5:54 AM

readmore »»

Dengan adanya bukti-bukti utama ini, tiada mahkamah yang dibangunkan untuk mencari kebenaran dan mendapatkan keadilan akan memutuskan Yazid sebagai pesalah dan sebagai penjenayah yang bertanggungjawab di dalam pembunuhan Sayyidina Husain. Bahkan Yazid akan dilepaskan dengan penuh penghormatan dan akan terbongkarlah rahsia yang selama ini menutupi pembunuh - pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya di Karbala.

Bukti pertamanya ialah pengakuan Syiah Kufah sendiri bahawa merekalah yang membunuh Sayyidina Husain. Golongan Syiah Kufah yang mengaku telah membunuh Sayyidina Husain itu kemudian muncul sebagai golongan "At Tawwaabun" yang kononnya menyesali tindakan mereka membunuh Sayyidina Husain. Sebagai cara bertaubat, mereka telah berbunuh-bunuhan sesama mereka seperti yang pernah dilakukan oleh orang - orang Yahudi sebagai pernyataan taubatnya kepada Allah kerana kesalahan mereka menyembah anak lembu sepeninggalan Nabi Musa ke Thur Sina .


Air mata darah yang dicurahkan oleh golongan "At Tawaabun" itu masih kelihatan dengan jelas pada lembaran sejarah dan tetap tidak hilang walaupun cuba dihapuskan oleh mereka dengan beribu - ribu cara .

Pengakuan Syiah pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain ini diabadikan oleh ulama - ulama Syiah yang merupakan tunggak dalam agama mereka seperti Baaqir Majlisi, Nurullah Syustri dan lain - lain di dalam buku mereka masing - masing. Baaqir Majlisi menulis :

"Sekumpulan orang - orang Kufah terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, " Demi Tuhan! Apa yang telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain . Kita telah membunuh "Ketua Pemuda Ahli Syurga" kerana Ibn Ziad anak haram itu . Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak terhadap Ibn Ziad tetapi tidak berguna apa - apa". ( Jilaau Al'Uyun , m.s. 430 )

Qadhi Nurullah Syustri pula menulis di dalam bukunya Majalisu Al'Mu'minin bahawa selepas sekian lama ( lebih kurang 4 atau 5 tahun ) Sayyidina Husain terbunuh, ketua orang - orang Syiah mengumpulkan orang - orang Syiah dan berkata , " Kita telah memanggil Sayyidina Husain dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya , kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan diampunkan kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita ". Dengan itu berkumpullah sekian ramai orang - orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka membaca ayat yang bermaksud, " Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu ". ( Al Baqarah :54 ). Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelaran "At Tawaabun".

Sejarah tidak melupai dan tidak akan melupai peranan Syits bin Rab'ie di dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala . Tahukah anda siapa itu Syits bin Rab'ie? Dia adalah seorang Syiah pekat, pernah menjadi duta kepada Sayyidina Ali di dalam peperangan Siffin, sentiasa bersama Sayyidina Husain . Dialah juga yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap kerajaan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?

Sejarah memaparkan bahawa dialah yang mengepalai 4,000 orang bala tentera untuk menentang Sayyidina Husain dan dialah orang yang mula - mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Sayyidina Husain. ( Jilaau Al'Uyun dan Khulashatu Al Mashaaib, m.s. 37 )

Adakah masih ada orang yang ragu - ragu tentang Syiahnya Syits bin Rab'ie dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mulla Baaqir Majlisi , seorang tokoh Syiah terkenal ? Secara tidak langsung ia bermakna pengakuan daripada pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu .
Lihatlah pula kepada Qais bin Asy'ats ipar Sayyidina Husain yang tidak diragui tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah mendedahkan kepada kita bahawa itulah orang yang merampas selimut Sayyidina Husain dari tubuhnya selepas selesai pertempuran ? (Khulashatu Al Mashaaib , m.s. 192 )

Selain daripada pengakuan mereka sendiri yang membuktikan merekalah sebenarnya pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain, kenyataan saksi - saksi yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala yang terus hidup selepas peristiwa ini juga membenarkan dakwaan ini termasuk kenyataan Sayyidina Husain sendiri yang sempat dirakamkan oleh sejarah sebelum beliau terbunuh .

Sayyidina Husain berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang siap sedia bertempur dengan beliau :

" Wahai orang - orang Kufah ! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud- maksud jahatmu. Wahai orang - orang yang curang, zalim dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-mush di dalam menentang kami ". ( Jilaau Al' Uyun, ms 391 ).

Beliau juga berkata kepada Syiah :" Binasalah kamu ! Bagaimana boleh kamu menghunuskan perang dendammu dari sarung - sarungnya tanpa sebarang permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami ? Kenapakah kamu siap sedia untuk membunuh Ahlul Bait tanpa sebarang sebab? " ( Ibid ).

Akhirnya beliau mendoakan keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau :

" Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan selerakkanlah mereka . Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci mereka kerana mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami ". ( Ibid )

Beliau juga dirakamkan telah mendoakan keburukan untuk mereka dengan kata - katanya: "Binasalah kamu ! Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia dan di akhirat……..Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang - pedang di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu. Apabila mati nanti sudah tersedia azab Tuhan untukmu di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang - orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya". ( Mulla Baqir Majlisi - Jilaau Al'Uyun, m.s. 409 ).

Daripada kata - kata Sayyidina Husain yang dipaparkan oleh sejarawan Syiah sendiri, Mulla Baqir Majlisi, dapat disimpulkan bahawa :

(i) Diayah yang disebarkan oleh musuh - musuh Islam menerusi penulisan sejarah bahawa pembunuhan Ahlul Bait di Karbala merupakan balas dendam dari Bani Umayyah terhadap Ahlul Bait yang telah membunuh pemimpin - pemimpin Bani Umayyah yang kafir di dalam peperangan Badar , Uhud, Siffin dan lain - lain tidak lebih daripada propaganda kosong semata-mata kerana pembunuh - pembunuh Sayyidina Husain dan Ahlul Bait di Karbala bukannya datang dari Syam, bukan juga dari kalangan Bani Umayyah tetapi dari kalangan Syiah Kufah .

(ii) Keadaan Syiah yang sentiasa diburu dan dihukum oleh kerajaan - kerajaan Islam di sepanjang sejarah membuktikan termakbulnya doa Sayyidina Husain di medan Karbala ke atas Syiah.(iii) Upacara menyeksa tubuh badan dengan memukul tubuhnya dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh golongan Syiah itu sehingga mengalir darah juga merupakan bukti diterimanya doa Sayyidina Husain dan upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam masyarakat Syiah . Adapun di kalangan Ahlus Sunnah tidak pernah wujud upacara yang seperti ini dan dengan itu jelas menunjukkan bahawa merekalah golongan yang bertanggungjawab membunuh Sayyidina Husain.

(iv)Betapa kejam dan kerasnya hati golongan ini dapat dilihat pada tindakan mereka menyembelih dan membunuh Sayyidina Husain bersama dengan sekian ramai ahli keluarganya walaupun setelah mendengar ucapan dan doa keburukan untuk mereka yang dipinta oleh beliau . Itulah dia golongan yang buta mata hatinya dan telah hilang kewarasan pemikirannya kerana sebaik saja mereka selesai membunuh, mereka melepaskan kuda Zuljanah yang ditunggangi Sayyidina Husain sambil memukul-mukul tubuh untuk menyatakan penyesalan. Dan inilah dia upacara perkabungan pertama terhadap kematian Sayyidina Husain yang pernah dilakukan di atas muka bumi ini sejauh pengetahuan sejarah. Dan hari ini tidakkah anak cucu golongan ini meneruskan upacara perkabungan ini setiap kali tibanya 10 Muharram ?

Ali Zainal Abidin anak Sayyidina Husain yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas berlakunya peristiwa itu pula berkata kepada orang - orang Kufah lelaki dan perempuan yang merentap dengan mengoyak-ngoyakkan baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang lemah berkata kepada mereka, " Mereka ini menangisi kami. Tidakkah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka ?" ( At Thabarsi - Al Ihtijaj, m.s. 156 ).

Pada halaman berikutnya Thabarsi menukilkan kata - kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang - orang Kufah. Kata beliau , " Wahai manusia (orang - orang Kufah)! Dengan Nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kamu , ceritakanlah! Tidakkah kamu sedar bahawasa kamu mengutuskan surat kepada ayahku (menjemputnya datang), kemudian kamu menipunya?

Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu kerana amalan buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu".

Sayyidatina Zainab , saudara perempuan Sayyidina Husain yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, " Wahai orang - orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami belum lagi kering kerana kezalimanmu itu. Keluhan kami belum lagi terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal benang kemudian dirombaknya kembali. Kamu juga telah merombak ikatan iman dan telah berbalik kepada kekufuran...Adakah kamu meratapi kami padahal kamu sendirilah yang membunuh kami. Sekarang kamu pula menangisi kami . Demi Allah ! Kamu akan banyak menangis dan sedikit ketawa. Kamu telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tompokan kehinaan ini sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun". (Jilaau Al ' Uyun, ms 424 ).

Doa anak Sayyidatina Fatimah ini tetap menjadi kenyataan dan berlaku di kalangan Syiah hingga ke hari ini .

Ummu Kulthum anak Sayyidatina Fatimah pula berkata sambil menangis di atas segedupnya, " Wahai orang - oang Kufah! Buruklah hendaknya keadaanmu. Buruklah hendaklah rupamu. Kenapa kamu menjemput saudaraku Husain kemudian tidak membantunya bahkan membunuhnya, merampas harta bendanya dan menawan orang - orang perempuan dari ahli rumahnya . Laknat Allah ke atas kamu dan semoga kutukan Allah mengenai mukamu".

Beliau juga berkata, " Wahai orang - orang Kufah ! Orang - orang lelaki dari kalangan kamu membunuh kami sementara orang - orang perempuan pula menangisi kami. Tuhan akan memutuskan di antara kami dan kamu di hari kiamat nanti". ( Ibid , ms 426 - 428 )

Sementara Fatimah anak perempuan Sayyidina Husain pula berkata, " Kamu telah membunuh kami dan merampas harta benda kami kemudian telah membunuh datukku Ali ( Sayyidina Ali ). Sentiasa darah - darah kami menitis dari hujung - hujung pedangmu……Tak lama lagi kamu akan menerima balasannya. Binasalah kamu! Tunggulah nanti azab dan kutukan Allah akan berterusan menghujani kamu. Siksaan dari langit akan memusnahkan kamu akibat perbuatan terkutukmu. Kamu akan memukul tubuhmu dengan pedang - pedang di dunia ini dan di akhirat nanti kamu akan terkepung dengan azab yang pedih ".

Apa yang dikatakan oleh Sayyidatina Fatimah bt. Husain ini dapat dilihat dengan mata kepala kita sendiri di mana - mana Syiah berada .

Dua bukti utama yang telah kita kemukakan tadi, sebenarnya sudah mencukupi untuk kita memutuskan siapakah sebenarnya pembunuh Sayyidina Husain di Karbala. Daripada keterangan dalam kedua - dua bukti yang lalu dapat kita simpulkan beberapa perkara :

1. Orang - orang yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk memberontak adalah Syiah.

2.Orang - orang yang tampil untuk bertempur dengan rombongan Sayyidina Husain di Karbala itu juga Syiah.

3. Sayyidina Husain dan orang - orang yang ikut serta di dalam rombongannya terdiri daripada saudara- saudara perempuannya dan anak-anaknya menyaksikan bahwa Syiahlah yang telah membunuh mereka .

4. Golongan Syiah Kufah sendiri mengakui merekalah yang membunuh di samping menyatakan penyesalan mereka dengan meratap dan berkabung kerana kematian orang - orang yang dibunuh oleh mereka .

Mahkamah di dunia ini menerima keempat - empat perkara yang tersebut tadi sebagai bukti yang kukuh dan jelas menunjukkan siapakah pembunuh sebenar di dalam sesuatu kes pembunuhan, iaitu bila pembunuh dan yang terbunuh berada di suatu tempat, ada orang menyaksikan ketika mana pembunuhan itu dilakukan. Orang yang terbunuh sendiri menyaksikan tentang pembunuhnya dan kemuncaknya ialah pengakuan pembunuh itu sendiri.

Jika keempat - empat perkara ini sudah terbukti dengan jelas dan diterima oleh semua mahkamah sebagai kes pembunuhan yang cukup bukti - buktinya, maka bagaimana mungkin diragui lagi tentang pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain itu ?


Petikan dari
http://www.darulkautsar.com/pemurniansejarah/teks/husain.htm

readmore »»

JAKARTA, SENIN - Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan golongan putih (Golput), dinilai pengamat politik Kastorius Sinaga sebagai fatwa yang berlebihan. Bahkan, fatwa tersebut justru diluar dari bidang tugasnya.

Menurut Kastorius, seharusnya yang dilakukan MUI sebagai panutan umat atau warga memberikan evaluasi atau koreksi yang melatarbelakangi munculnya tindakan golput tersebut. Bukan malah menghakimi orang yang akan melakukan golput.

"Saya menilai itu terlalu berlebihan dan keluar dari pokok tugas dan kerja MUI sendiri. Seharusnya sebagai panutan umat, MUI harus respon dan mengkaji kenapa orang kok cenderung atau justru ingin melakukan golput. Bukan malah mengeluarkan fatwa. Ibaratnya kan menghakimi sepihak," terangnya saat dihubungi via ponselnya.

Kastorius pun mengkhawatirkan, fatwa haram golput itu lahir karena gencarnya ajakan golput yan dilakukan mantan presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Kalau sampai itu yang terjadi, maka kepercayaan masyarakat terhadap MUI sebagai panutan atau penuntut umat justru akan merosot.

"jangan-jangan fatwa itu keluar karena kerasnya kampanye golput yang dilakukan Gus Dur. Kalau itu yang terjadi, bakal menjadi presden buruk bagi MUI sebagai panutan umat," terangnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, munculnya gagasan atau rencana golput oleh sebagain masyarakat itu lebih disebab karena ketidakpuasan terhadap sistem politik di negeri ini. Karena masyarakat menilai, menggunakan hak pilih dan tidak menggunakan atau golput sama saja.

Karena sama-sama tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti perubahan keadaan, perekonomian maupun pengentasan kemiskinan atau pengurangan pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja baru.

"Sehingga masyarakat menjadi apatis dan tidak mau menggunakan hak pilihnya, karena menganggap tidak akan membawa perubahan. Dan ini sebenarnya yang menjadi tanggung jawab MUI untuk mengkaji dan memberikan dorongan moral kepada para politisi untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat yang telah memilihnya. Bukan sebaliknya, malah menghakimi dengan mengeluarkan fatwa haram golput," tegasnya.

Kastorius pun menilai, fatwa MUI yang mengharamkan golput tersebut tidak akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Karena masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan para politisi dan sistem politik di Indonesia yang belum ada perubahan.

"Fatwa itu tidak akan mengurangi angka golput, karena masyarakat sudah terlanjut tidak percaya terhadap politisi dan sistem politik yang ada di negeri ini," cetusnya.

Oleh karena itu, lanjut Kastorius, yang seharusnya dilakukan untuk mengurangi angka golput tersebut adalah melakukan perbaikan sistem politik dan kinerja para politisi. Dengan harapan, untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik termasuk pesta demokrasi rutin yang hadir setiap lima tahun sekali itu.

Kemudian, juga meningkatkan partisipasi politik dengan memberikan pencerahan kepada politisi dan perubahan sistem politik yang bisa mengakomodir kepentingan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan tergugah dan termotivasi untuk menggunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi tanpa harus mengeluarkan fatwa larangan golput.

Sebab, masyarakat merasa kepentingannya sudah terakomodir dengan baik melalui sistem politik yang ada tersebut.(Persda network/coi)

readmore »»
Rabu, 25 Maret 2009


Masjid dan Makam Keramat Luar Batang terletak di kompleks Masjid Jami Keramat, di Jalan Luar Batang Gang V no.1, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.Di atas lahan seluas 2 hektar, terdapat masjid, makam keramat Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus, makam Habib Abdul Kadir —muridnya yang keturunan Tionghoa, dan sejumlah makam lainnya. [foto: http://www.presidenri.go.id/index.php/kibar/2007/09/21/11.html]Menurut Mulyadi ketua Masjid Luar Batang banyak terjadi keajaiban sehingga ribuan penziarah setiap hari memadati kompleks makam keramat.Sejarah kompleks Makam Keramat Luar Batang yang direnovasi pada 1993 itu berawal dari kedatangan seorang pemuda tampan asal Hadhramaut, Yaman Selatan pada tahun 1736. Pemuda yatim itu membangun surau untuk beribadah di kawasan berawa dan dipenuhi pohon bakau di bagian barat Sunda Kelapa. Ia pun menyiarkan agama Islam dan orang memanggilnya sebagai Al Habib Husein. [foto: Insight]Suatu malam seorang pendatang tergopoh-gopoh memohon pertolongan. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa yang dikejar Ia dikejar pasukan VOC untuk dikenakan hukuman mati. Ketika pasukan berkuda VOC tiba dan berusaha menangkapnya, Habib melerai dan berkata: “Aku akan melindungi tawanan ini dan akulah sebagai jaminannya.”Anehnya pasukan VOC menundukan kepala dan membiarkan orang Tionghoa itu berlindung di belakang Habib, dan pergi meninggalkan kawasan itu.Orang Tionghoa itu akhirnya memeluk agama Islam, dan menjadi asisten Habib Husen dalam menyiarkan agama.Pasukan VOC sempat menahan Habib Husen dan pengikutnya di Glodok Kota karena dianggap menggangu ketertiban. Namun kemudian dibebaskan bahkan Petinggi VOC meminta maaf atas penahanan itu. Penyebabnya adalah suatu keajaiban. Habib Husen ditahan di ruang terpisah dengan para pengikutnya. Tetapi setiap subuh penjaga tahanan melihat Habib berada bersama para pengikutnya menjadi imam shalat.Habib Husen tidak menikah sampai akhir hayatnya pada Kamis, 17 Ramadhan 1169 H atau 27 Juni 1756 dalam usia antara 30-40 tahun.VOC melarang Habib Husen dimakamkan di Luar Batang dan orang asing harus dikubur di Tanahabang. Tiga kali bolak balik mengusung kurung batang berisi jenazah Habib Husen, namun setiap kali tiba di kuburan Tanahabang kurung batang itu selalu kosong. Jenazah Habib berada di tempatnya semula. Akhirnya pengusung kurung batang memutuskan untuk menguburkan Habib Husen di tempat tinggalnya itu, yang kemudian dinamakan Kampung Baru Luar Batang, kini dikenal dengan nama Kampung Luar Batang.Pada hari Jumat 21 September 2007, Presiden SBY berbuka puasa dengan masyarakat di Masjid Jami Keramat Luar Batang, berziarah ke makam Habib Husein didampingi oleh pimpinan Masjid, Mulyadi dan Habib Noval Mutawali Keramat Luar Batang. Selain berziarah dan berbuka puasa bersama masyarakat, Presiden juga memberikan bantuan untuk Kompleks Makam dan Masjid Keramat Luar Batang ini sebesar 100 juta.sumber: Makam Keramat Luar Batang,

readmore »»

Ahlus sunnah wal jamaah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya serta beriman kepada hari akhir dan taqdir yang baik dan yang buruk. Mereka adalah yang bersaksi bahwa Allah adalah Rabb dan Ilah yang diibadahi, Dia Maha Esa dengan semua kesempurnaan-Nya. Mereka beribadah dan mengikhlaskan dien hanya kepada-Nya. Mereka yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah adalah Sang Pencipta, Yang Mengadakan, Yang Membentuk, Yang Memberi Rizki, Yang Maha Memberi dan Maha Menahan (rizki). Dia mengurusi semua urusan. Dia adalah Ilah yang diibadahi, Yang diesakan dan yang menjadi tujuan. Dialah Al-Awwalu (yang pertama), tiada lagi sesuatupun sebelum-Nya. Dialah Al-Akhiru (yang akhir) tiada sesuatupun setelah-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi, tiada lagi yang di atas-Nya dan Dialah Al-Batin (yang tersembunyi) yang tiada sesuatupun yang lebih tersembunyi dari pada Dia. Dialah Yang Maha Tinggi, dengan semua arti dan makna yang terkandung didalamnya. Maha Tinggi dalam Dzat-Nya, Taqdir-Nya dan dalam kekuasaan-Nya. Dialah yang bersemayam di atas 'Arsy. Dia bersemayam sesuai dengan keagungan, kemulyaan dan ketinggian-Nya yang mutlak. Ilmu-Nya meliputi segala yang tampak dan yang tersembunyi, yang tinggi dan yang rendah tentang hamba-Nya. Dia mengetahui semua keadaan hamba. Dia Maha dekat lagi Mujib (Mengabulkan do'a). Sesungguhnya Dzat-Nya tidak butuh kepada makhluq sedangkan semua makhluq membutuhkan-Nya setiap saat. Dia Maha Lemah-lembut dan Penyayang kepada hamba, yang tiada nikmat dien, dunia dan terhindar dari siksa kecuali dari-Nya. Dialah pemberi nikmat. Sebagian dari nikmat-Nya, ketika sepertiga malam Dia turun ke langit dunia untuk melihat hajat hamba-Nya. Dia berfirman: Tidaklah hamba-Ku meminta kecuali hanya kepada-Ku. Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta pasti Aku beri, barangsiapa meminta ampun pasti Aku ampuni, (yang demikian itu sampai terbit fajar). Dia turun menurut kehendak-Nya dan melakukan apa yang Dia Kehendaki. Tiada sesuatupun yang menyamai-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Ahlus sunnah wal jama’ah meyakini bahwa Allah adalah Al-Haakim' yang di dalam syariat-Nya terdapat hikmah yang sempurna. Tiada ciptaan yang sia-sia. Tidaklah Dia membuat syareat (aturan) kecuali untuk kemaslahatan makhluq. Dialah At-Tawwab Yang Maha Menerima taubat hamba dan mengampuni kesalahan mereka. Dia Yang Maha Memberi ampunan dari dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat, meminta ampun dan kembali kepada-Nya. Dialah Asy-Syakur, Dia membalas amalan hamba meskipun amalan itu sedikit dan dia menambah karunia-Nya kepada hamba yang bersyukur. Ahlus sunnah wal jama'ah mensifati Allah dengan apa yang Dia sifat-kan pada diri-Nya sendiri dan yang disifatkan oleh rasul. Sifat dzatiyah seperti yang Maha Hidup lagi Sempurna yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Maha Sempurna Qudrah-Nya, Maha Agung lagi Maha Besar, yang Maha Mulia lagi Terpuji-yang segala puji mutlak hanya milik-Nya. Dan diantara sifat-sifat fi'liyah-Nya, yang berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, seperti sifat Rahmah (kasih sayang), Ridha, benci dan sifat kalam (berbicara). Dia berbicara dengan apa yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki. Ucapan-Nya takkan pernah habis. Sesungguhya Al-Qur' an adalah kalamullah-bukan makhluk-yang dari-Nya berasal dan kepada-Nya kan kembali. Sesungguhnya Dia senantiasa dan terus bersifat, karena Dia mengerjakan yang Dia inginkan dan berbicara dengan apa yang Dia kehendaki. Dia memutuskan perkara hamba-Nya dengan hukum yang ditentukan-Nya, baik berupa hukum syar'i maupun berupa balasan. Dialah Al-Hakiim yang menghakimi, dan Dialah Al-Maalik yang menguasai. Selain Dia adalah dihakimi dan di kuasai. Hamba tidak akan bisa keluar dari hukum dan kekuasaan-Nya. Ahlus sunnah wal jama’ah beriman kepada apa yang dikabarkan Al-Qur'an dan Hadits mutawatir yaitu: Bahwasannya mereka akan melihat wajah Rabbnya dengan pandangan yang jelas. Dan kenikmatan memandang-Nya adalah sebesar-besar kenikmatan dan keberhasilan mendapat ridha-Nya adalah sebesar-besar kenikmatan. Mereka meyakini bahwa orang yang mati tanpa ada keimanaan tauhid di dalam hatinya, maka dia kekal di Neraka jahannam selama-lamanya. Sedangkan pelaku dosa besar jika dia mati tanpa taubat dan tak bisa melebur dosa-dosanya serta tidak mendapat syafaat, jika ia masuk neraka, maka tidak kekal di dalamnya. Dan tak seorangpun yang kekal di dalam neraka kalau di dalam hatinya masih terdapat iman walaupuri hanya sebesar biji sawi. Bahwasanya iman itu mencakup keyakinan hati dan amalan hati, amalan anggota badan dan ucapan lisan. Barangsiapa yang bisa mewujudkannya maka ia menjadi mukmin sejati yang berhak mendapat balasan dan selamat dari siksa. Barangsiapa yang menguranginya maka imannya berkurang menurut kadar pengurangannya. Oleh karena itu iman bertambah dengan ketaatan dan amalan baik dan akan berkurang dengan maksiat dan amalan buruk. Karakter dasar mereka adalah selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam hal yang bermanfaat baik urusan die maupun dunia dengan meminta tolong kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Semua gerak-gerik mereka selalu dikerjakan dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk rasul serta memberi nasehat kepada ummat dengan petunjuk rasul. Mereka bersaksi bahwa Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Allah mengutusnya dengan petunjuk dan dien yang hak agar dien ini menang diantara dien-dien yang lain. Beliau adalah manusia yang (lebih berhak dihormati) oleh kaum muslimin daripada diri mereka sendiri, dan beliau adalah penutup para nabi. Beliau diutus untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan kepada jin dan manusia. Sebagai penyeru (untuk bertauhid) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan pembawa lampu yang terang dengan izin-Nya. Beliau diutus untuk kemaslahatan dien dan dunia, agar hamba beribadahnya kepada-Nya dan meminta rizki hanya kepada-Nya jua. Mereka mengetahui bahwa beliau adalah orang yang paling berilmu, paling jujur, paling banyak memberi nasehat dan paling agung ucapannya diantara manusia. Sehingga mereka mengagungkan dan mencintainya. Mereka lebih mendahulukan cintanya kepada beliau daripada kepada semua makhluk. Mereka berdien dengan mengikuti beliau, baik pokok maupun cabangnya. Mereka lebih mendahulukan ucapan dan petunjuk beliau daripada ucapan dan petunjuk orang lain. Mereka yakin bahwasannya Allah mengumpulkan sifat-sifat utama dan kepribadian yang sempurna pada diri beliau, yang tidak pernah diberikan kepada yang lain. Kedudukan beliau paling tinggi dan paling agung diantara makhluq, serta paling sempurna fadilahnya diantara mereka. Tiada satu kebaikanpun yang tidak ditunjukkan kepada ummatnya, dan tiada satu keburukanpun kecuali telah beliau peringatkan agar menjauhinya. Mereka juga beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada semua rasul yang diutus. Mereka tidak membedakan salah satu diantara mereka. Mereka beriman kepada semua taqdir. Tidaklah semua amal yang baik dan yang buruk kecuali Ilmu Allah meliputinya dan Qalam-Nya mencatat. Semua berlaku di atas kehendak-Nya, dan semua terikat dengan hikmah-Nya. Dia juga menciptakan (memberi) kehendak dan kemampuan kepada hamba yang dengannya mereka berbicara dan bekerja menurut kehendak mereka. Allah tidak memaksa hamba terhadap suatu hal tapi disuruh memilihnya. Bagi seorang mukmin lebih memilih dan mencintai keimanan serta dijadikannya sebagai perhiasan di dalam hatinya dan benci terhadap kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. Dan landasan pokok ahlus sunnah adalah mereka berdien dengan (taat kepada) nasehat Allah, kitab-Nya, para pemimpin umat dan kepada semua kaum Muslimin. Mereka selalu memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar sesuai dengan yang diwajibkan dalam syariat. Memerintahkan supaya berbuat baik dengan orang tua dan menyambung silaturahim, berbuat baik kepada tetangga, para penguasa, para pejabatnya dan kepada semua saja yang mempunyai hak. Mereka selalu menyeru kepada akhlaq yang mulia, kepada kebaikan dan melarang akhlak yang jelek lagi hina. Ahlus sunnah meyakini bahwa orang mukmin yang paling sempurna iman dan keyakinannya adalah yang paling baik akhlak dan amalnya, paling jujur perkataannya, yang lebih cenderung pada kebaikan keutamaan serta menjauhkan diri dari setiap kejelekan. Mereka selalu memerintahkan untuk menegakkan syariat-syariat dien dengan apa yang datang dari rasul tentang sifat dan kesempurnaannya serta melarang merusakkan dan merobohkan dien. Ahlus sunnah memandang bahwa jihad fi sabilillah tetap wajib bersama pemimpin yang baik maupun yang fajir. Jihad adalah puncak ketinggian Islam. Jihad dengan ilmu dan hujah, jihad dengan senjata merupakan fardhlu bagi setiap muslim dengan segala kemampuannya guna membela dien. Mereka selalu menghimbau agar kaum muslimin satu kata dan berusaha untuk saling mendekatkan hati serta saling berkasih sayang dengan kaum muslimin. Mereka melarang perpecahan, benci, permusuhan dan segala sarananya. Mereka melarang menganiaya manusia baik darah, harta, maupun kehormatan mereka serta hak-hak mereka, memerintah berbuat adil dan jujur dalam hubungan mu'amalah dengan sesama, serta menganjurkan untuk senantiasa berbuat baik dan mencari keutamaan dalam mu'amalah itu. Mereka menyakini bahwa sebaik-baik umat adalah umat Muhammad dan sebaik-baik ummat Muhammad adalah para sahabat, khususnya Khulafaur Rasyidin, sepuluh orang yang dijamin masuk surga, ahlul badr, peserta bai'atur ridwan dan orang-orang terdahulu dari Muhajirin dan Anshar. Ahlus sunnah mencintai mereka semua, dan mereka tunduk kepada Allah dengan cara itu. Mereka menyebarkan kebaikan para sahabat dan mendiamkan kejelekan mereka. Ahlus sunnah berdien karena Allah dengan menghormati para ulama sebagai petunjuk jalan, para pemimpin yang adil dan orang-orang yang mempunyai maqam (kedudukan) yang tinggi dalam agama, serta mereka yang mempunyai keutamaan diantara kaum muslimin. Mereka memohon kepada Allah supaya terhindar dari keraguan, kesyirikan, perpecahan, kenifakan, akhlak yang jelek dan mereka berdo'a supaya diteguhkan dalam dien nabi Muhammad sampai akhir hayat. Dengan landasan pokok-pokok inilah ahlus sunnah wal jama'ah beriman, beraqidah dan berda'wah. Diambil dari Qoulusy Syadid, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sha'di.

readmore »»

Sampai saat ini telah banyak bermunculan aliran2 yang sudah melenceng dari asalnya.....Berikut ini saya kutip "aliran Syiah" yang sudah dari dulu ada dengan kesesatannya, semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT. Amin.....BAGAIMANA FAHAM SYIAH IMAMIAH ITSNA’ASYARIAH KHUMEINIAH DISEBARKAN KEPADA KAUM MUSLIMIN DAN BAGAIMANA MENANGKALNYA ? Penyebaran faham Syi’ah, khususnya faham syi’ah imamiah itsnaasyariah khumeiniah, akhir-akhir ini marak di berbagai kota di Indonesia sampai ke kota-kota kecil, dalam menyebarkan faham ini, mereka didukung dengan organisasi formal maupun informal yang cukup rapi, kekuatan dana mereka juga cukup kuat dengan mengucurnya dana dari IRAN,Negara utama pendukung faham ini, kepada kantong-kantong pusat peredaran syi’ah di Indonesia, adapun secara spesifik, cara-cara mereka mempengaruhi orang adalah dengan melalui tahapan-tahapan sbb : I. Mereka membentuk komunitas ( kumpulan ) kecil berupa kumpulan-kumpulan kecil yang sifatnya informal, seperti klub olah raga, klub hobby, seni atau sekedar kongkow-kongkow minum kopi dan main kartu. Hal ini digunakan untuk membuat sebuah komunitas sehingga sang penyebar ini memiliki gambaran yang lebih jelas dari masing-masing personel . Dalam komunitas ini sang penyebar menampilkan perilaku / akhlak yang amat sangat bagus bahkan agak berrlebihan.. II. Setelah mengenal seluruh komunitas, maka dipilihlah beberapa orang yang potensial untuk dikader , biasanya yang tidak terlalu menguasai ilmu agama tetapi juga tidak terlalu bodoh, yang kondisi ekonominya pas-pasan, rasa ingin belajar tinggi dan kalau ada, yang berpotensi memiliki massa, itu lebih baik. Target ini mulai di bidik secara khusus dengan lebih mengintensifkan hubungan, seperti hubungan dagang ( tentunya harus memberikan keuntungan lebih pada target ), hubungan pertemanan yang lebih intens, kunjungan antar keluarga, dsb III. Kepada orang – orang ini mulai disampaikan cerita-cerita mengenai Ahlulbait ( Keluarga Rasulullah SAW ), diceritakan keunggulan- keunggulannya dan penderitaan mereka setelah Rasulullah wafat dengan secara lisan maupun meminjamkan buku-buku ringan, sehingga timbul mahabbah kepada ahlulbait Rasulullah SAW, pengikut faham ini menamakan fahamnya dengan Madzhab Ja’fary atau madzhab Ahlulbait.metode ini sangat mengena untuk kalangan Alawiyin dan Muhibbin. Sampai disini, apa yang mereka sampaikan tidak menimbulkan masalah karena mencintai ahlulbait Rasulullah SAW memang perintah Allah dan Rasulnya, walaupun ini adalah kedok untuk memasukkan faham sesat mereka. IV. Setelah cinta kepada Ahlulbait Rasulullah SAW ini ditanamkan, barulah sang penyebar ini memasukkan virus yang menyesatkan yaitu menyampaikan cerita-cerita tentang perselisihan antara sahabat Nabi SAW dengan menggunakan hadist-hadist ahlussunnah yang pengertiannya diplintir dengan menyembunyikan sebab-sebab hadist itu disampaikan oleh Nabi SAW, atau menggunakan hadist-hadist dhoif yang diriwayatkan oleh Imam-Imam mereka yang sanadnya terputus dengan menafikan hadist-hadist ahlussunnah yang isinya bertentangan dengan paham mereka padahal hadist tersebut shohih serta mutawatir . Perselisihan ini diantaranya adalah, penunjukan Sayyidina Abubakar Assiddiq RA sebagai Khalifah menggantikan Nabi SAW, Perselisihan antara Sayyidina Abubakar Assiddiq RA dengan Sayyidah Fatimah Azzahrah RA mengenai warisan tanah fadak, perselisihan antara Muawiyyah RA dan Sayyidina Ali KW. Dalam hal ini mereka menyampaikan ajaran yang sangat fatal dan dapat menyebabkan seseorang menjadi murtad karena mencacimaki Sahabat Nabi SAW, bahkan mengkafirkan mereka. V. Selain itu , mereka juga menyampaikan mengenai peristiwa karbala dengan syahidnya Sayyidina Husain bin Ali bin Abitholib . Cerita ini memang kisah nyata yang benar adanya, namun mereka menyikapinya dengan berlebih-lebihan dengan tujuan menyebarkan kebencian serta melakukan ritual perkabungan dengan memakai pakaian serba hitam seperti yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani bila mereka berkabung ( belakangan menjadi TRADE MARK mereka dengan memakai sorban atau kopyah hitam ), menangis meraung-raung, memukul-mukul badan bahkan di Iran dan Irak mereka melukai badannya sendiri dengan senjata tajam dan hal ini sudah diajarkan kepada anak-anak kecil . VI. Setelah itu mereka mulai menyampaikan keunggulan-keunggulan Negara Iran dan para pemimpinnya terutama khumeini . hal ini perlu agar orang yang dituju dapat memiliki pegangan / sandaran secara politis. VII. Setelah tahap ini berhasil, barulah mereka memasukkan ajaran ajaran sesat mereka yang menjadi daya tarik dari faham ini, yaitu tidak perlu melakukan Sholat Jum’at, selalu mengkodho’ ( menyatukan ) sholat Dhuhur dan Ashar serta Sholat Maghrib dan Isya’ walaupun tidak dalam kondisi sedang bepergian, menghalalkan bunga Bank serta yang paling menarik dan fenomenal adalah membolehkan Kawin Mut’ah (kawin Kontrak) tanpa saksi asal mau sama mau dan dengan jangka waktu berapapun bahkan kalau perlu sesaat saja (short time). VIII. Jika target korban sudah melakukan ajaran-ajaran pada item No VII diatas, berarti jerat sudah kena dan sekarang mulailah diajarkan ajaran-ajaran mereka yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam, yaitu : a) TAHRIFUL QUR’AN ( PERUBAHAN AL QUR’AN ) : Yakni mereka mengi'tiqadkan telah terjadi perubahan besar-besaran di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi atau ditambah oleh para shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di bawah pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman radhiallahu 'anhum ajmain. . Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur'an yang ada ditangan kaum Muslimin dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur'an mereka yang tiga kali lebVIII. Jika target korban sudah melakukan ajaran-ajaran pada item No VII diatas, berarti jerat sudah kena dan sekarang mulailah diajarkan ajaran-ajaran mereka yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam, yaitu : a) TAHRIFUL QUR’AN ( PERUBAHAN AL QUR’AN ) : Yakni mereka mengi'tiqadkan telah terjadi perubahan besar-besaran di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi atau ditambah oleh para shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di bawah pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman radhiallahu 'anhum ajmain. . Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur'an yang ada ditangan kaum Muslimin dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur'an mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah yang mereka namakan mushaf Fatimah yang akan dibawa oleh Imam Mahdi. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman(yang terjemahannya): "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dansesungguhnya Kami-lah yang benar benar memelihara / menjaganya." (Al-Hijr: 9). b) .AL BADA’ :Mereka mengatakan bahwa Allah Ta'ala tidak mengetahui bagian tertentu sebelum terjadi. mereka sifatkan Allah Ta'ala dengan al-Bada' yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala baru mengetahui sesuatu setelah terjadi c) AQIDAH RAJ’AH.: Di antara I'tiqad Syi'ah yang terpenting dan menjadi salah satu asas agama mereka adalah aqidah raj'ah, yaitu keyakinan hidup kembali di dunia ini sesudah mati, atau kebangkitan orang-orang yang telah mati di dunia.Peristiwanya terjadi ketika Imam Mahdi dibangkitdan bangun dari tidur panjangnya yang sampai sekarang telah seribu tahun lebih (karena selama ini ia bersembunyi di dalam gua). Kemudian juga dihidupkannya kembali seluruh imam mereka dari yang pertama sampai yang terakhir tanpa terkecuali, Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wa Aalihi Wasallam dan putri beliau Fatimah. Kemudian dihidupkan kembali pula musuh-musuh Syi'ah yang terdepan yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman dan seluruh shahabat dan seterusnya. Mereka semua akan diadili, kemudian disiksa di depan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam karena telah mendzalimi ahlul bait, merampas imamah dan seterusnya.(Lihat kitab mereka, Haqqul Yaqin,Hal.347). d) AQIDAH TAQIYAH ( BERBOHONG ) Berkata Mufid dalam kitabnya Tashhiihal-I'tiqaad, menerangkan pengertian taqiyah dikalangan Syi'ah:"Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya, serta menyembunyikannya dari orang-orang yang berbeda dengan mereka dan tidak menampakkannya kepada orang lain karena dikhawatirkan akan berbahaya terhadap aqidah dan dunianya."Ringkasnya, taqiyah adalah berdusta untuk menjaga rahasia Hakekat Syi'ah. memang terkadang sulit diketahui para pengikutnya sendiri. Itu semua dikarenakan aqidah taqiyah dan kitman (sikap menjaga rahasia) yang ada pada mereka. Bahkan terkadang mereka berpenampilan seolah-olah mencintai Ahlus Sunnah, sehingga semua ini menjadikan orang-orang yang polos di kalangan Ahlus Sunnah tertipu dan terpedaya oleh mereka..Syi'ah mensyari'atkan dusta yang merupakan aqidah yang harus dipercayai dan bahkan masuk dalam rukun iman,sebagaimana disebutkan dalam kitab mereka:"Kulaini menukil dari Abdullah, ia berkata: Taqwalah atas agamamu dan berhijablah dengan "taqiyah", maka sesungguhnya tidak sempurna iman seseorang apabila tidak berdusta (taqiyah). (Ushulul Kaafi hal. 483. e) KEMAKSUMAN PARA IMAM. Mereka menganggap Imam-Imam mereka yang berjumlah 12 orang adalah bersifat MAKSUM ( terlepas dari segala kesalahan dan dosa ) melebihi Kemaksuman Nabi kita Rasulullah Muhammad SAW yang mengangkat Abubakar dan Umar sebagai mertua dan Usman sebagai menantu dua kali, padahal menurut faham Syi’ah ketiganya adalah Murtad. Disini kita dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi kesalahan yang dilakukan oleh Nabi SAW ( menurut mereka ). Maka menurut faham Syi’ah ini Imam 12 lebih maksum dari pada Nabi Muhammad SAW dengan tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun. f) PENOLAKAN PADA HADIST- HADIST AHLUSSUNNAH. Penolakan terhadap kitab hadist Buchori dan Muslim serta kitab Ichyaulumuddin karangan Imam Al Ghozali,dll ( Kitab pedoman para salaf ,Wali Songo, para Habaib, Ulama dan Para Kiai Ahlussunnah Wal Jama’ah ) karena dianggap tidak sefaham dengan ajaran mereka. g) Tahap terakhir adalah pengenalan pada Kitab- kitab rujukan mereka yaitu Al-Kaafi , Al-Istibshor, Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih, dan Att Tahdziib. Kitab – kitab tersebut tidak diedarkan secara terbuka karena penyimpangannya sudah sangat luar biasa dan sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Bahkan menurut para ahli, Kitab-kitab tersebut mengajarkan suatu faham yang menyimpang dengan kaidah-kaidah dasar sebuah agama atau dengan kata lain jika dibaca dan dipelajari dengan obyektif, orang akan bertanya : APAKAH INI AJARAN SEBUAH AGAMA ??. Sampai disini, sang target sudah di lepas untuk menjadi pelopor / penyebar faham sesat ini di daerah lain dengan di dukung dengan dana dan organisasi yang rapi. Maka dari itu, tugas kita semua terutama para Ustad, Kiai, Habaib & Ulama Ahlussunnah Waljama’ah yang masih ingin menegakkan kalimat LAAILAHAILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH di bumi dimana dia berpijak untuk bersatu bahu membahu menahan laju penyebaran faham ini karena laju penyebarannya sangat cepat, hal ini disebabkan oleh rapinya system penyebaran dan organisasi mereka serta ajaran-ajaran yang secara manusiawi memiliki daya tarik yang kuat karena sudah kodratnya manusia senang dengan mahabbah ( cinta ) dan Benci serta yang) Tahap terakhir adalah pengenalan pada Kitab- kitab rujukan mereka yaitu Al-Kaafi , Al-Istibshor, Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih, dan Att Tahdziib. Kitab – kitab tersebut tidak diedarkan secara terbuka karena penyimpangannya sudah sangat luar biasa dan sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Bahkan menurut para ahli, Kitab-kitab tersebut mengajarkan suatu faham yang menyimpang dengan kaidah-kaidah dasar sebuah agama atau dengan kata lain jika dibaca dan dipelajari dengan obyektif, orang akan bertanya : APAKAH INI AJARAN SEBUAH AGAMA ??. Sampai disini, sang target sudah di lepas untuk menjadi pelopor / penyebar faham sesat ini di daerah lain dengan di dukung dengan dana dan organisasi yang rapi. Maka dari itu, tugas kita semua terutama para Ustad, Kiai, Habaib & Ulama Ahlussunnah Waljama’ah yang masih ingin menegakkan kalimat LAAILAHAILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH di bumi dimana dia berpijak untuk bersatu bahu membahu menahan laju penyebaran faham ini karena laju penyebarannya sangat cepat, hal ini disebabkan oleh rapinya system penyebaran dan organisasi mereka serta ajaran-ajaran yang secara manusiawi memiliki daya tarik yang kuat karena sudah kodratnya manusia senang dengan mahabbah ( cinta ) dan Benci serta yang paling fenomenal adalah MUT’AH ! Namun hati-hati, menahan laju berkembangnya aliran ini harus dengan taktik yang jitu karena mereka juga menggunakan taktik yang licik serta menghalalkan segala cara karena mereka diperbolehkan bahkan diharuskan berbohong ( Taqiyah ). Sehingga yang terjadi di lapangan adalah adu taktik dan strategi serta adu pengaruh, maka jangan sekali-kali kita menggunakan cara-cara yang emosional, tidak ilmiah / tidak ada dasarnya, melecehkan secara tidak berdasar / tanpa fakta , mengolok-olok dan sejenisnya , karena hal ini akan menjadi alat bagi mereka untuk memukul balik kita sehingga mereka tampak “ Benar dan paling berakhlak “. Cara yang mungkin bisa dipakai adalah : a) Menjelaskan kepada masyarakat tentang pengertian dan hakikat faham Syi’ah ini sesuai dengan kitab-kitab rujukan mereka, secara runtun , menyeluruh , ilmiah dan terbuka tanpa ditutup-tutupi. b) Selalu menyampaikan Sejarah Ahlulbait Rasulullah SAW ( Keluarga dan keturunan Rasulullah SAW ) menurut kitab-kitab ahlussunnah waljama’ah yaitu kitab-kitab salafussoleh, hal ini penting karena klaim kecintaan terhadap ahlulbait Rasulullah SAW ini dipakai oleh syi’ah untuk “bungkus” dari ajaran-ajaran sesat mereka. Sehingga kalau masyarakat telah mengenal siapa dan bagaimana sejarah dari ahlulbait Rasulullah SAW ini serta mencintainya, maka jika penganut syi’ah menyampaikan fahamnya dengan “bungkus” kecintaan kepada ahlulbait Rasulullah SAW, mereka sudah tidak laku lagi, karena mereka telah mendengar hal itu dari tangan pertama yaitu ulama-ulama ahlussunnah dan dengan versi yang benar berdasarkan hadist yang shohih serta mutawattir c) Menyampaikan keutamaan-keutamaan Sahabat –sahabat Rasulullah SAW terutama Sayyidina Abubakar assiddiq RA dan Sayyidina Umar RA. Karena mereka berdua ini menjadi target utama caci maki orang-orang syi’ah yang digunakan sebagai bumbu kebencian untuk alat penyebaran aqidahnya. d) Berusaha memperbanyak majlis-majlis ta’lim yang membahas kitab-kitab salafussoleh. e) Selalu menjaga persatuan antar ulama dan tokoh-tokoh masyarakat Ahlussunnah Waljama’ah, jangan sampai dalam menyikapi faham syi’ah ini kita saling hantam menghantam sendiri. Yang terlalu keras dituduh sok sunni dan yang terlalu toleran dituduh Susyi ( sunni-syi’i), Hal ini sangat kontra produktif, tidak bermutu dan kekanak-kanakan, bahkan orang -orang syiah sendiri sangat menikmati perpecahan ini, sehingga kita sibuk sendiri bekelahi satu sama lain dan mereka makin berkembang. Fenomena ini sebagai penjelasan dari beberapa orang sunni sendiri yang karena tidak cocok dengan cara-caranya dalam menghadapi syi’ah, telah tega memusuhi Yayasan Albayyinat yang berjuang keras menahan laju penyebaran Syi’ah di Indonesia, di pihak lain banyak saudara-saudara kita yang terlalu bersemangat “ mengganyang “ syi’ah, hanya karena seseorang memakai peci hitam, langsung dengan gampangnya dituduh syi’ah dan dimusuhi. Sikap kekanak-kanakan dan tidak ilmiah ini harus dibuang jauh-jauh karena setiap orang punya cara dan kebijakan sendiri, terutama bila ada keluarganya yang menjadi pengikut Syi’ah, jadi diperlukan persatuan yang kokoh dan buang jauh-jauh sifat egois. f) Para Ulama, para Habaib dan tokoh masyarakat ahlussunnah waljama’ah hendaknya selalu mengedepankan AKHLAKUL KARIMAH di tengah – tengah masyarakat sehingga tidak kalah dengan orang-orang syi’ah yang memang menonjolkan hal ini untuk menarik simpati. g) Para Ulama dan tokoh masyarakat ahlussunnah waljama’ah hendaknya selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan aparat pemerintah dan aparat keamanan didaerahnya karena pada suatu saat kita memerlukan bantuan mereka dalam menghadang laju penyebaran aliran syi’ah ini. h) Perlu dilakukan pemboikotan atau isolasi total terhadap pengikut Syi’ah dengan tidak mengundang mereka pada acara-acara yang kita selenggarakan, tidak menghadiri undangan pada acara-acara mereka, serta semaksimal mungkin tidak duduk berkumpul dengan mereka. Hal ini tentu perlu diberikan fleksibilitas bagi mereka yang keluarga dekatnya pengikut syi’ah. Wallahua’lam.Sumber : http://cahayanabawiy.or.id/forum/YaBB.pl?num=1172425452Sumber pendukung : http://hakekat.com/

readmore »»



SHAHIB MARBAD
Yang pertama digelar “Shahib Marbad” adalah al-Imam Waliyyullah Muhammad binAli bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Alawiyyin bin Ubaydillah bin Ahmadal-Muhajir dan seterusnya.Sebab digelar “Shahib Marbad” adalah kerana beliau berukim di suatu tempatyang disebut “Marbad” di Dhafar setelah berpindah dari Tarim. Sedangkan kata“Shahib” atau sinonimnya “Maula” bererti seorang yang bermukim atau berkuasadi suatu tempat.Waliyyullah asy-Sheikh al-Imam Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di kotaTarim. Dikurniai 4 orang anak lelaki,masing-masing bernama; Abdullah, Ahmad,Alwi dan Ali. Abdullah dan Ahmad tidak menurunkan keturunan. SedangkanSheikhul Imam Alwi dan Sheikhul Imam Ali yang menurunkan keturunan beliau,yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam Biografi Sheikhul Imam Alwi dan Ali.Waliyyullah Sheikhul Imam Muhammad Shahib Marbad pulang ke rahmatullah diMarbad pada tahun 556 Hijriah.Semoga Allah SWT memasukkan mereka semua ke dalam syurga danmenghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada’, para Awliya’ danpara solihin. Amin!
ALWI AMMIL FAQIH
Waliyyullah asy-Sheikh al-Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad digelar“Ammil Faqih” kerana beliau adalah ammi (paman) dari Waliyyullah al-Ustazal-Muqaddam Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (satu-satunya anak lelakiasy-Sheikhul Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad.Asy-Sheikhul Imam Alwi Ammil Faqih dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut).Dikurniai 3 orang anak lelaki, masing-masing bernama; Abdullah, yangketurunannya hanya berada di India (di sana disebut dengan al-Adhamah Khan).Abdul Malik, yang menurunkan Leluhur Wali Songo di Indonesia danAbdurrahman, yang menurunkan keturunan Leluhur Alawiyyin.Waliyyullah asy-Sheikhul Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad pulang kerahmatullah pada tahun 613 Hijriah.
ALI BIN MUHAMMAD SHAHIB MARBAD
Waliyullah asy-Sheikh Ali bin Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di Tarim,Hadhramaut. Beliau hanya dikurniai seorang anak lelaki iaitu al-Ustazal-Muqaddam al-Imam Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dari satu-satunya anaklelaki beliau itu, beliau dapat menurunkan lebih kurang 75 LeluhurAlawiyyin.Waliyyullah asy-Sheikh Ali bin Muhammad Shahib Marbad pulang ke rahmatullahdi kota Tarim pada tahun 593 Hijriah.
AL-FAQIH AL-MUQADDAM
Yang pertama digelar “al-Faqih al-Muqaddam” adalah Waliyyullah Muhammad binAli bin Muhammad Shahib Marbad.Sebab digelar “al-Faqih al-Muqaddam” adalah kerana Waliyyullah Muhammadal-Faqih al-Muqaddam seorang guru besar yang menguasai banyak sekaliilmu-ilmu agama, di antaranya ilmu Fiqh iaitu ilmu syariat agama Islam yangluas sekali; bagaikan air di lautan; kerana itu beliau digelar “al-Faqih”.Salah seorang guru besar beliau iaitu Ali Bamarwan mengatakan bahawa beliaumenguasai ilmu Fiqh sebagaimana yang dikuasai seorang ulama’ besar iaitual-Allamah Muhammad bin Hassan bin Furak asy-Syafie, wafat tahun 406 H.manakala gelaran “al-Muqaddam” di depan gelaran “al-Faqih” yang berasal dariperkataan “Qadam” yang bererti “lebih diutamakan”, dalam hal ini WaliyyullahMuhammad al-Faqih al-Muqaddam sewaktu hidupnya selalu diutamakan sampaikewafatannya. Makamnya yang berada di Zanbal, Tarim lebih sering diziarahikaum muslimin sebelum menziarahi makam waliyyullah yang lain.Waliyyullah guru besar Muhammad al-Faqih al-Muqaddam dilahirkan di kotaTarim, Hadhramaut. Beliau satu-satunya anak lelaki dari asy-Sheikhul ImamAli bin Muhammad Shahib Marbad yang menurunkan keturunan Leluhur Alawiyyinterbanyak; lebih kurang 75 leluhur, melalui ketiga anak lelakinya dari 5orang anak lelakinya, yang masing-masing bernama Alwi, Ahmad dan Ali, disamping Leluhur Alawiyyin yang lainnya sebanyak lebih kurang 16 leluhurketurunan al-Imam Alwi Ammil Faqih al-Muqaddam bin Muhammad Shahib Marbad.Waliyyullah al-Ustaz al-Muqaddam Muhammad al-Faqih al-Muqaddam pulang kerahmatullah di kota Tarim tahun 653 H.
AL-ADANI
Yang pertama kali digelar “al-Adani” ialah Waliyyullah al-Qutub Abu Bakr binAbdullah al-Aydarus bin Abu Bakr as-Sakran bin al-Imam Abdurrahmanas-Seggaf.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau meninggalkan tempatkelahirannya, Tarim untuk berhijrah ke kota Aden di Yaman Selatan, dansampai akhir hayatnya beliau bermukim di Aden sehingga digelar “al-Adani”.Dengan kekeramatannya dan walayahnya, pertama kali beliau melangkahkan kakike kota itu, turun hujan susu di kota Aden tersebut. Dan sewaktu beliaudalam kandungan ibunya terjadi sesuatu perselisihan antara ibunya danayahnya. Si ibu mengatakan bahawa jika anak yang lahir kelak lelaki akandiberi nama Umar al-Muhdhar sedangkan si ayah ingin menamakan anaknya denganAbdurrahman, maka dengan kudrat Allah SWT, si anak yang dalam kandunganibunya itu bersuara dan mengatakan bahawa dirinya telah membaca namanya diLauh Mahfuz; Abu Bakr bin Abdullah al-Adani. Akhirnya kedua orang tuanyabersetuju menamakan anaknya Abu Bakr.Waliyyullah Abu Bakr al-Adani dilahirkan di kota Tarim. Dikurniai seoranganak lelaki yang bernama Ahmad tetapi sayangnya Ahmad dan kedua anaknyaiaitu ‘Aqil dan Muhammad tidak menurunkan keturunannya.Waliyyullah Abu Bakr bi Abdullah al-Aydarus al-Adani pulang ke rahmatullahdi kota Aden pada tahun 914 H.
AL-BEN AQIL
Yang pertama digelar Ben ‘Aqil ialah Waliyyullah Muhammad bin ‘Aqil binSalim dan Zain bin ‘Aqil bin Salim.Muhammad bin ‘Aqil bin Salim dilahirkan di kota Inat. Dikurniai 3 orang anaklelaki; ‘Aqil, Alwi dan ‘Afif. Masing-masing menurunkan keturunan al-Ben‘Aqil.Zain bin ‘Aqil bin Salim dilahirkan di Silik. Dikurniai 2 orang anak lelaki;Hussien dan ‘Aqil.Waliyyullah Muhammad bin ‘Aqil pulang ke rahmatullah di kota Inat pada tahun1032 H.Waliyyullah Zain bin ‘Aqil pulang ke rahmatullah di kota Silik.
AL-BA’AQIL
Yang pertama kali digelar “Ba’Aqil” ialah Waliyyullah ‘Aqil bin al-ImamAbdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi binMuhammad al-Faqih al-Muqaddam.Waliyyullah ‘Aqil bin Abdurrahman as-Seggaf dilahirkan di kota Tarim.Dikurniai 1 orang anak lelaki yang bernama; Abdurrahman bin ‘Aqil ,dikurniai3 orang anak lelaki masing-masing, Hassan, Muhammad al-Hadi, yang menurunkan“al-Ba’Aqil as-Seggaf”, Umar, yang menurunkan keturunan al-Ba’Aqil.Waliyyullah ‘Aqil bin Abdurrahman as-Seggaf pulang ke rahmatullah di kotaTarim pada tahun 871 H.
AL-ATTAS
Yang pertama kali digelar “al-Attas” ialah Waliyyullah Abdurrahman bin ‘Aqilbin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahmanas-Seggaf.Soal gelaran yang disandangnya kerana atas rahmat yang diberikan oleh AllahSWT kepada beliau, yang berlaku semasa beliau masih di dalam kandunganibunya. Beliau terbersin seraya mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan kemudiannyadidengar oleh ibunya. Bersin di dalam bahasa Arab ialah ” ‘athasa” dan orangyang bersin disebut “al-Attas”.Waliyyullah Abdurrahman bin ‘Aqil bin Salim al-Attas dilahirkan di kotaSilik, Hadhramaut. Beliau dikurniai 5 orang anak lelaki, 3 di antara 5 anaklelakinya itu yang melanjutkan keturunannya. Masing-masing ialah:v Abdullah, keturunannya hanya berada di Yafi’, Hadhramaut.
v ‘Aqil, keturunannya al-Attas al-’Aqil.
v Umar, yang tersohor dengan Ratib al-Attasnya, keturunannya kebanyakanberada di Indonesia. Dikurniai 4 orang anak,masing-masing bernama:
Ø Hussien, menurunkan keturunan al-Attas yang disebut; al-Mukhsin,al-Ahmad, at-Thalib, al-Umar, al-Hamzah, al-Hasan, al-Musanna, al-Ba’raqi,al-Ali, al-Ham Ath’thuyur, al-Ben Ya’far, al-Muwar, al-Bat-thah.
Ø Salim, menurunkan keturunan al-Attas yang disebut, as-Salim bin Umar,al-Yabis, al-Habhab, al-Bu’un, asy-Syami.
Ø Abdullah, menurunkan keturunan al-Attas yang disebut, al-Maut,al-Mahlus, al-Ben Hasan, al-Ben Hud, al-Ben Hadun.
Ø Abdurrahman, menurunkan keturunan al-Attas yang disebut, al-Faqih,al-Baqadir.
Waliyyullah Abdurrahman bin ‘Aqil bin Salim al-Attas pulang ke rahmatullahdi kota Huraidhah, Hadhramaut pada permulaan abad ke 11 sekitar tahun 1200H.
AL-AIDID
Yang pertama digelar “Aidid” ialah Waliyyullah Muhammad Maula Aidid bin AliHuthah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi AmmilFaqih.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau telah bermukim disuatu dusun yang disebut “Dusun-Aidid” iaitu dusun yang terletak di daerahpergunungan yang tidak jauh dari kota Tarim. Berdasarkan sebuah kisah yangdiriwayatkan oleh beberapa LeluhurAlawiyyin generasi ke 34 yang berada diIndonesia menceritakan bahawa pada mulanya dusun itu merupakan tempat sangatditakuto oleh penduduk sekitarnya, kerana dihuni banyak makhluk halus yangjahat, sehingga setiap orang yang ke sana pasti tidak akan kembali lagi.Pada suatu ketika, di malam hari yang gelap-gelita, penduduk di sekitartempat tersebut dikejutkan dengan munculnya suatu cahaya yang terangbenderang di atas dusun tersebut. Di mana kemudiannya, cahaya itu turun kekawasan sekitar penduduk-penduduk itu, ternyata cahaya itu datangnya dariseorang waliyyullah yang bernama Muhammad bin Ali al-Huthah. Akhirnya, dusunyang tadinya sangat ditakuti kemudian menjadi dusun yang sangat aman danmakmur sekali. Dan akhirnya, penduduk di dusun itu mengangkat WaliyyullahMuhammad bin Ali al-Huthah sebagai Penguasa Dusun Aidid dengan gelaran“Muhammad Maula Aidid”. Maula bererti penguasa.Waliyyullah Muhammad Maula Aidid dilahirkan di kota Tarim. Dikurniai 6 oranganak lelaki, hanya 3 orang yang melanjutkan keturunannya iaitu yang bernamaAbdullah dan Abdurrahman yang digelar Bafaqih yang kemudiannya menjadileluhur al-Bafaqih. Sedangkan anaknya yang seorang lagi, Ali, tetap digelarAidid yang kemudiannya menjadi leluhur al-Aidid.Waliyyullah Muhammad Maula Aidid pulang ke rahmatullah di kota Tarim padatahun 862 H.
AL-’AUHAJ
Yang pertama digelar “al-’Auhaj” adalah Waliyyullah Abdullah bin Alwi binAli bin Abu Bakr al-Fakher bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin AlwiAmmil Faqih.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau bermukim di dusun yangdisebut Auhaj di Yaman.Waliyyullah Abdullah bin Alwi al-Auhaj dilahirkan di kota Tarim.dikurniakan3 orang anak lelaki yang masing-masing bernama Ahmad, Ali dan Abdullah yangmelanjutkan keturunan beliau terutama yang berada di Indonesia.Waliyyullah Abdullah al-Auhaj pulang ke rahmatullah di Goroh, Hadhramautpada tahun 868 H.
AL-BA’DUD
Dari perkataan bahasa Arab “‘Abud” iaitu banyak melakukan ibadah. Ada 4golongan Leluhur Alawiyyin yang bergelar a’-Ba’bud.
Ba’bud Maqfun keturunan Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Marbad.Disandang oleh Waliyyullah al-Mu’allim Muhammad Abud bin Abdullah binMuhammad Maqfun bin Abdurrahman al-Babathinah.v Sebab digelar “Maqfun” kerana suka beruzlah ertinya suka menyendiridengan maksud untuk lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
v Waliyyullah al-Muallim Muhammad Abud dilahirkan di kota Tarim,keturunannnya berada di Bur, Hadhramaut, di Madinah, Mesir dan Indonesia.
v Waliyyullah al-Muallim Muhammad Abud pulang ke rahmatullah di kotaTarim pada bulan Zulhijjah tahun 975 H.
“al-Ba’bud Dijan” keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Disandang olehWaliyyullah Abdullah bin Ali Dijan bin Ahmad. Maksud “Dijan” membawa kepada2 pengertian:v Pertama: Diertikan dengan sebuah dusun di Hadhramaut di mana ayahWaliyyullah Abdullah Abud iaitu Ali bin Ahmad bermukim di dusun Dijan itu.
v Kedua: Diertikan dengan keindahan atau keperkasaan. Mungkin keluargaWaliyyullah Abdullah Abud adalah orang-orang yang gagah perkasa dan berani.
v Waliyyullah Abdullah Abud dilahirkan di Gasam, Hadhramaut.Keturunannya berada di Ghaiydhah, di Difar, di India, dan di Indonesia.Pulang ke rahmatullah pada sekitar tahun 816 H.
“al-Ba’bud Charbasyan” keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Ali binMuhammad Shahib Marbad. Disandang oleh Waliyyullah Ahmad bin Abi BakrCharbasyan bin Abdurrahman bin Abdullah Abud bin Ali bin MuhammadMauladdawilah. Tentang gelaran Charbasyan diertikan dengan sebuah dusun yangletaknya tidak jauh dari kota Makkah di mana Leluhur Waliyyullah Ahmad binAbi Bakr telah bermukim di dusun Charbasyan tersebut. Dilahirkan di kotaMakkah. Keturunannya berada di Khuruf al-Zaidan di Tarim, Hadhramaut, diOman dan Indonesia. Pulang ke rahmatullah di kota Tarim sekitar tahun 947 H.“al-Ba’bud Ben Shaykhan” keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Ali binMuhammad Shahib Marbad. Disandang oleh Waliyyullah Ahmad bin Shaykhan binAli bin Abi Bakr bin Abdurrahman bin Abdullah Abud bin Ali bin MuhammadMauladdawilah. Beliau dilahirkan di Mikha’. Keturunannya hanya berada diHijaz dan Oman (Timur Tengah), di Habsyah (Afrika) dan India. Pulang kerahmatullah di kota Makkah sekitar tahun 1044 H.
AL-BAR
Yang pertama digelar “al-Bar” ialah Waliyyullah Ali bin Ali bin Alwi binAhmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqihal-Muqaddam.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana Waliyyullah Ali bin Alial-Bar adalah seorang anak yang sangat taat berbakti kepada kedua ibubapanya dengan sebenar-benar taat yang jarang sekali boleh dilakukan olehsetiap orang. Apa pun perintah yang dating dari kedua ibu bapanya, sekalipunyang sukar (kecuali perintah menyekutukan Allah SWT) pasti akandilaksanakan. Maka dengan itu, beliau digelar al-Bar yang bererti ketaatanyang sangat luarbiasa terhadap ibu bapa.Waliyyullah Ali bin Ali al-Bar dilahirkan di kota Dau’an, Hadhramaut.Dikurniai 3 orang anak lelaki; Abdullah, Abi Bakr dan Hussien. Dariketiga-tiga anak lelakinya itu, hanya Hussienlah yang banyak melanjutkanketurunannya, dan di antara anak cucu Waliyyullah Hussien adalah al-ImamUmar bin Abdurrahman bin Muhammad bin Hussien bin Ali al-Bar, seorangWaliyyullah yang tersohor, yang wafat di Gerin, Hadhramaut pada 1158 H.keturunannya al-Al Bar kebanyakannya berada di Indonesia. Waliyyullah Alibin Ali al-Bar wafat di Dau’an, Hadhramaut.
AL-BAYTI
Gelaran al-Bayti disandang oleh:Ø Waliyyullah Ali bin Alwi bin Ali bin Abu Bakr al-Fakher. Dilahirkan diBaytul Maslamah. Dikurniai seorang anak lelaki yang bernama Muhammad yangmenurunkan keturunannya. Waliyyullah Ali al-Bayti wafat pada tahun 915 H.
Ø Waliyyullah Abi Bakr bin Ibrahim bin al-Imam Abdurrahman as-Seggaf.Dilahirkan di kota Tarim. Dikurniai 3 orang anak lelaki; Ibrahim, Ahmad danIsmail. Waliyyullah Abu Bakr al-Bayti wafat di kota tarim pada tahun 905 H.
AL-BAHAR
Yang pertama kali digelar “al-Bahar” adalah Waliyyullah al-Qutubul AqtabHassan bin Saleh bin Idrus bin Abu Bakr bin Hadi bin Said bin Syaikhan binAlwi bin Abdullah at-Tarisi bin Alwi al-Khawas bin Abi Bakr al-Jufri.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana menurut asy-Sheikh Abdullahbin Semir di dalam kitabnya yang berjudul Qiladatul Nahri yang mengandungiManaqib al-Habib Hassan bin Saleh al-Bahar, menyatakan bahawa ayahWaliyyullah al-Habib Hassan iaitu al-Habib Saleh, beliaulah yang sebenarnyadigelar dengan gelaran al-Bahar tersebut. Alasannya kerana kemungkinansering di lautan (sering belayar).Waliyyullah al-Habib Hassan al-Bahar dilahirkan di duatu dsun dekat kotaSyiban pada tahun 1191 H. dikurniai 5 orang anak lelaki, hanya dua di antaramereka yang menurunkan keturunannya iaitu Saleh dan Abdul Qadir. Beliaupulang ke rahmatullah pada tahun 1273 H.
AL-BARRUM
Yang pertama kali digelar “Barrum” adalah Waliyyullah Hassan bin Muhammadbin Alwi bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-FaqihMuqaddam.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau bermukim di dusun“Barrum” yang jaraknya kira-kira 20km dari kota Mukalla, Hadhramaut (padawaktu itu merupakan ibu kota bekas Kesultanan al-Qathiiyah).Waliyyullah Hassan al-Barrum dilahirkan di kota Tarim, dikurniakan 4 oranganak lelaki, Abdurrahman, Umar, Ali dan Ahmad. Dan Ahmad merupakansatu-satunya anak yang banyak keturunannya yang kebanyakannya berada diIndonesia. Beliau pulang ke rahmatullah di kota Tarim pada tahun 927 H.
AL-BA BIRIK
Yang pertama kali digelar “al-Ba Birik” ialah Waliyyullah Umar bin Ahmad binAbdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-FaqihMuqaddam.Waliyyullah Umar Ba Birik dilahirkan di kota Tarim, dikurniai 2 orang anaklelaki, seorang daripadanya yang bernama Ahmad yang menurunkan keturunannyayang berada di Indonesia. Beliau pulang ke rahmatullah di kota Tarim padatahun 889 H.
AL-KHAIRED
Yang pertama digelar “Khaired” ialah Waliyyullah Alwi bin Muhammad Hamidanbin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-FaqihMuqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau berkali-kali beribadahdi suatu gua yang di sebut Gua Herrid di pergunungan Aqrun di Tarim. Beliauselalu beribadah di sana sampai seminggu bahkan sampai sebulan lamanya. Didalam gua Herrid yang sepi yang jauh dari keramaian duniawi tersebut, disamping melakukan ibadah-ibadah jasmani (seperti melaksanakan solat) jugamelakukan ibadah Tafakkur dengan kalbu dan fikirannya, yang semuanya itudilakukan kerana mencontohi sunnah Rasulullah saw yang pernah melakukanibadah di gua Hira’.Waliyyullah Alwi al-Khaired dilahirkan di kota Tarim dan dikurnia 6 oranganak lelaki. Di antara keenam-enam anak lelakinya, hanya seorang yangbernama Ali yang kemudiannya menurunkan keturunan al-Khaired. Beliau pulangke rahmatullah di Tarim pada tahun 808 H.
AL-KHUMUR
Yang pertama kali digelar dengan “al-Khumur” adalah Waliyyullah Abdullahbin Saleh bin Hassan bin Hussien bin Sheikh Abi Bakr bin Salim.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau bermukim di Khamuriaitu suatu tempat yang tersohor di sebelah barat kota Syibam, Hadhramaut.Beliau dilahirkan di Khamur. Dikurniakan 7 orang anak lelaki; Ahmad, Ali,Abu Bakr, Umar, Abdurrahman, Muhammad dan Idrus yang kesemuanya menurunkanketurunannya.Waliyyullah Abdullah bin Saleh al-Khumur pulang ke rahmatullah di Khamursekitar tahun 1211 H.
AL-MAULAKHAILAH
Yang pertama kali diberi gelaran “al-Maulakhailah” ialah WaliyyullahAbdurrahman bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah dan seterusnya.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau bermukim di daerahpergunungan “Khailah” yang tersohor di sebelah barat kota Tarim, Hadhramaut.Waliyyullah Abdurrahman Maulakhailah dilahirkan di kota Tarim, dikurniai 4orang anak lelaki , yang mana dari empat orang anaknya itu, hanya 1 orangyang melanjutkan keturunan beliau yang dinamai; Sahil, yang dikurniai anakbernama Muhammad, dan Muhammad bin Sahil dikurniai 2 orang anak lelaki yangmasing-masing bernama; Umar, keturunannya disebut Sahil Khailah yang hanyaberada di Tarim sahaja. Manakala seorang lagi bernama Salim, menurunkanketurunan al-Maulakhailah yang kebanyakannya yang berada di Indonesia (diPalembang, di Pulau Jawa, di Madura dan di Ampenan, Bali)Beliau pulang ke rahmatullah di kota Tarim pada tahun 914 H.
AL-MAULAD DAWILAH
Yang pertama kali diberi gelaran al-Mauladdawilah ialah Waliyyullah Ahmadbin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi binMuhammad al-Faqih al-Muqaddam.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau bermukim di dusun“Yabhar” di bahagian barat Hadhramaut, di mana dusun itu biasa disebutdengan “Dawilah” yang ertinya dusun kuno. Maka Waliyyullah Ahmad binMuhammad digelari “Maulad Dawilah” ertinya penguasa atau pemimpin dusunYabhar yang kuno tersebut.Beliau dilahirkan di Yabhar, dikurniakan 2 orang anak-anak masing-masing;Sahil, yang keturunannya kebanyakan berada di Yabhar, Fuqmeh Madrah, Sytairdan di Jiddah, Hadhramaut, Yaman Selatan dan sebahagian di Indonesia.Manakala seorang lagi bernama Abdurrahman, keturunannya berada di Indonesia,kebanyakannya di Jawa Timur. Beliau pulang ke rahmatullah di Yabhar padatahun 873 H.
AL-BEN DJINDAN
Yang pertama kali digelar al-Ben Djindan ialah Waliyyullah Djindan binAbdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaikhan bin Syaikh Abi Bakr danseterusnya.Beliau dilahirkan di kota Inat, Hadhramaut, dikurniakan seorang anak lelakiyang bernama Abdullah, yang menurunkan keturunan al-Ben Djindan, yangkebanyakan berada di Indonesia. Beliau pulang ke rahmatullah di Inat sekitartahun 1140 H.
AL-JUNAYD AKHDOR
Yang pertama kali dijuluki dengan gelaran “al-Junayd Akhdor” ialahWaliyyullah Junayd Akhdor bin Ahmad bin Muhammad bin Abdurrahman binMuhammad Akhdor bin Ahmad Gasam bin Alwi Asyibah bin Abdullah bin Ali binAbdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam dan seterusnya.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana ayah beliau memberi namaJunayd dengan harapan supaya kelak menjadi Waliyyullah yang bernama Junaydbin Muhammad Sayyid Atha’ifah as-Sufiyyah yang besar dan tersohor.Beliau dilahirkan di Gasam, Hadhramaut. Dikurniai 5 orang anak lelaki, 3 diantaranya yang melanjutkan keturunannya; masing-masing bernama; Syaikh,Ahmad dan Muthahhar. Waliyyullah pulang ke rahmatullah pada tahun 1032 H.
AL-JUNAYD
Yang pertama kali digelar dengan al-Junayd ialah Waliyyullah Abu Bakr binUmar bin Abdullah bin Harun bin Hassab bin Ali bin Hassan bin Ahmad binMuhammad Asadillah bin Hassan at-Turabi dan seterusnya.Beliau dilahirkan di kota Tarim pada tahun 1053 H, dikurniakan 5 orang anaklelaki, hanya 1 orang yang menurunkan keturunannya iaitu Ali bin Abi Bakral-Junayd, di mana keturunannya hanya berada di kota Tarim, Hadhramaut dandi Singapura. Beliau pulang ke rahmatullah di kota Tarim.
AL-FAD’AQ
Fad’aq erti dari nama sejenis harimau. Leluhur Alawiyyin yang mendapatgelaran Fad’aq mempunyai sifat kuat dan berani seperti Harimau (macan)sewaktu berdakwah dan berjuang fi sabilillah.Ada 2 golongan Alawiyyin yang bergelar al-Fad’aq. Masing-masing disandangoleh:v Pertama, Waliyullah Umar Fad’aq bin Abdul Wathab bin Muhammadal-Manfar dan seterusnya. Dilahirkan di Jami Gasam, Hadhramaut dandikurniakan 6 orang anak lelaki. Empat di antaranya yang menurunkanketurunannya;
Ø Muhammad, menurunkan al-Fad’aq yang disebut al-Bait Mahrus,keturunannya hanya berada di Misygoroh, Hadhramaut.
Ø Ali, yang menurunkan al-Fad’aq yang disebut asy-Syatiri Bunami,keturunannya hanya berada di Magad dan di Dhifar, Hadhramaut.
Ø Alwi, keturunannya hanya berada di India
Ø Ibrahim, keturunannya hanya berada di Gasam, di Dhifar, di Magad,Hadhramaut dan Yaman Utara.
v Waliyyullah Umar Fad’aq bin Abdullah Wathab pulang ke ramatullah diJami’ Gasam pada tahun 910 H.
v Kedua, disandang oleh Waliyyullah Fad’aq bin Muhammad bin Abdullah binMubarak bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Manfar.
v Sebab digelar dengan gelaran itu kemungkinan ayah beliau menamakananaknya dengan Fad’aq dengan harapan semoga anaknya mendapat keberkatan danmeneladani Waliyyullah Umar Fad’aq pendahulunya.
v Beliau dilahirkan di Baydlo’, Hadhramaut. Dikurniakan 5 orang anaklelaki, 3 diantaranya melanjutkan keturunannya; Hassan, Agil dan Abdullah.Keturunannya semuanya hanya digelar al-Fad’aq sahaja yang kebanyakannyaberada di Indonesia. Beliau pulang ke rahmatullah di Baydlo’ pada tahun 1000H.
AL-BAFAQIH
Al-Bafaqih disandang oleh 2 orang iaitu: 1). Waliyyullah Abdurrahman binMuhammad bin Maula Aydid dan 2). Waliyyullah Abdullah bin Muhamad MaulaAydid dan seterusnya.Sebab digelar dengan Bafaqih adalah kerana ayah mereka iaitu kedua-dua orangWaliyyullah tadi iaitu Waliyyullah Muhammad Maula Aydid terkenal di kalanganmasyarakat sebagai seorang ahli ilmu Fiqh (ilmu hukum syariat Islam).Waliyyullah Abdurrahman Bafaqih dilahirkan di kota Tarim dan dikurniakan 5orang anak lelaki, 3 di antaranya menurunkan keturunannya iaitu; Ahmad, Zaindan Atthayib. Beliau pulang ke rahmatullah di Tarim pada tahun 884 H.Waliyyullah Abdullah Bafaqih dilahirkan di kota Tarim. Dikurniakan 3 oranganak lelaki dan 2 di antaranya melanjutkan keturunannya; Hussien dan danAhmad. Waliyyullah Abdullah Bafaqih pulang ke rahmatullah selang beberapatahun selepas wafatnya saudaranya Waliyyullah Abdurrahman Bafaqih dalamperjalanan dari kota Makkah al-Mukarramah ke Madinah al-Munawwarah dandimakamkan di sekitar antara dua kota suci tersebut.
BILFAQIH
Yang pertama kali digelar dengan gelaran itu adalah Waliyyullah Abdurrahmanbin Muhammad bin Abdurrahman al-Asgok bin Abdullah bin Ahmad bin Ali binbin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqihal-Muqaddam dan seterusnya.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana ayah beliau seorang ulamabesar yang menguasai ilmu-ilmu agama Islam dan di antaranya ialah ilmu Fiqh,yang paling dikuasainya iaitu ilmu syariat Islam. Dengan sendirinya beliaumenjadi seorang ulama besar dan Waliyyullah pula mengikuti jejakayahandanya.Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad Bilfaqih dilahirkan di kota Tarim.Dikurniai 2 orang anak masing-masing bernama Hussien dan Ahmad yang keduanyamenurunkan keturunannya. Beliau pulang ke rahmatullah di kota Tarim padatahun 966 H.
AL-BAFARAJ
Yang pertama kali digelar dengan al-Bafaraj ialah Waliyyullah Faraj binAhmad al-Masfarah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman binAlwi Ammil Faqih dan seterusnya.Sebab digelar dengan gelaran itu ialah kerana ayah beliau memberi nama Farajyang bererti senang dan berkat pada beliau, dengan pengharapan semoga AllahSWT akan menjadikan anaknya kelak seorang yang soleh mendapat penuhkesenangan dan keberkatan. Dan kenyataannya, Waliyyullah Faraj bin AhmadMasrafah menjadi seorang waliyyullah, yang selalu berjuang fi sabilillah.Waliyyullah Faraj bin Ahmad al-Masrafah dilahirkan di kota Tarim.Dikurniakan 4 orang anak lelaki; masing-masing bernama Abu Bakar, Umar,Abdullah dan Alwi. Mereka semua ini melanjutkan keturunan al-Bafarajterutama yang kebanyakannya berada di Indonesia.Waliyyullah Faraj bin Ahmad al-Masrafah pulang ke rahmatullah di kota tarimpada tahun 876 H.
ABU-FUTHAIM
Yang pertama kali digelar dengan “Abu Futhaim” adalah Waliyyullah Muhammadbin Abu Bakar bin Ahmad bin Ali bin Hassan bin Syeikh Abu Bakar bin Salimdan seterusnya.Sebab digelar dengan gelaran itu adalah kerana beliau mempunyai seorang anakgadis yang bernama Fatimah. Fatimah yang berasal dari kata fatama atauFuthaim, maka orang-orang menggelar beliau dengan gelaran Abu Futhaim, yangertinya ayah fatimah. Seperti misalnya seorang yang bernama Hassan mempunyaianak yang bernama Umar, maka adakalanya si Hassan dipanggil dengan Abu Umaryang bermaksud bapa Umar.Waliyyullah Muhammad Abu Futhaim dilahirkan di kota Tarim. Dikurniakan 5orang anak lelaki, 4 di antara mereka melanjutkan keturunannya,masing-masing bernama; Abdurrahman, Hussien, Umar dan Alwi.Waliyyullah Muhammad Abu Futhaim pulang ke rahmatullah di kota San’a, utaraYaman.
AL-AL QADRI
Yang pertama kali digelar dengan gelaran “al-Qadri” adalah WaliyyullahMuhammad bin Salim bin Abdullah bin Muhammad bin Salim bin Ahmad binAbdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Hassan al-Muallim bin Muhammad binHassan at-Turabi dan seterusnya.Sebab beliau digelar dengan gelaran itu adalah kerana dalam semua aspekkehidupan beliau, beliau adalah seorang yang bgitu pasrah dan menyerahkandirinya pada taqdir Allah SWT, terutama sewaktu ditimpa sesuati musibah haltersebut menunjukkan bahawa beliau mempunyai tahap iman yang begitu kuatsekali. Kata taqdir berasal dari bahasa Arab yang sinonimnya adalah‘al-Qadr’.Waliyyullah Muhammad al-Qadri dilahirkan di Tarim, Hadhramaut dandikurniakan 2 orang anak lelaki yang melanjutkan keturunannya, masing-masingbernama:v Abdullah, keturunannya hanya berada di Macha, Hadhramaut.
v Hussien, keturunannya kebanyakannya berada di Indonesia, termasuk diantaranya Sultan Abdurrahman bin Waliyyullah al-Habib Hussien bin Ahmadal-Qadri, pendiri Kota Pontianak (Kalimantan). Beliau dikurniai 66 oranganak. Wafat pada tahun 1231 H di Batu Layang, Pontianak.
Waliyyullah Muhammad bin Salim al-Qadri pulang ke rahmatullah di kota Tarimpada tahun 1079 H.
www.ba-alawi.com
Ahlulbait dalam Sunnah Nabi saw
{ 26 Mac 2009 @ 3:31 pm } · { Ahlulbait } { } · { Komentar }
Ahlulbait dalam Sunnah Nabi saw
Orang yang membaca sunnah-sunnah Nabi saw, perjalanan hidupnya danmemperhatikan hubungannya dengan Ahlulbaitnya yang telah ditegaskandi dalam Al-Quran yakni Ali, Fathimah adan kedua putranya, pasti diamengetahui bahwa Ahlulbait Nabi mempunyai tanggung jawab risalahdengan umat ini. Rasulullah saw telah menggariskannya untuk umatagar mereka menerimanya sebagai perinyah dari Allah `azza wa jalla.
Langkah pertama yang ditempuh Nabi saw ialah melaksanakan perintahAllah, yaitu menikahkan Fathimah kepada Ali bin Abi Thalib. Beliaumenanam pohon yang diberkati agar cabang-cabangnya menjangkau segalaufuk umat ini di sepanjang sejaarahnya.
Tentang pernikahan itu Nabi bersabda kepada Imam Ali—salamatasnya : “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku agar akumenikahkanmu kepada Fathimah dengan mahar empat mitsqal perak jikaengkau rela dengan yang demikian.” Dia berkata: “Aku rela denganyang demikian.”
Dari pernikahan yang diberkati itu lahir Imam Hasan dan Imam Husayn.Dan dari sulbi Imam Husayn lahir sembilan Ahlulbait Nabi yang suci.Dzurriyyah (keturunan) Nabi melalui sulbi Imam Ali as sebagaimanayang beliau katakan : “Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunansetiap nabi dari sulbinya, tetapi dzurriyyahku dari sulbi orang iniyakni Ali.”
Cerita Ahlulbait Nabi saw dalam sunnahnya lebih banyak lagi, baiktentang Fathimah sebagai sayyidatu nisa` l`’alamin, pengangkatan Alisebagai khalifah Nabi yang pertama, Ahllulbait sebagai padanan Al-Quran, kedudukan mereka, dua belas imam maupun yang lainnya. Di sinikita ceritakan dua hal saja, yaitu yang paling mengikat: Ahlulbaitsebagai bahtera keselamatan dan Ahlulbait padanan Al-Quran.
Bahtera Keselamatan
Abu Nuaym telah meriwayatkan hadits yang sanadnya dari Sa’id binJubayr dari Ibnu Abbas dia berkata bahwa Rasulullah saw telahmengatakan : “Perumpamaan Ahlulbaitku pada kamu adalah semisalbahtera Nuh—`alayhi l`salam—barangsiapa yang mengikutinya pastiselamat dan yang berpaling darinya pasti dia tenggelam.” Hadits Nabiini diriwayatkan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak `ala l`Shahihayn 2/343.Dia berkata : Hadits ini sah berdasarkan persyaratan Muslim. Pesandari sunnah Nabi ini ialah bahwa kita hanya akan selamat jikamengikuti Ahlulbait Nabi yang disucikan.
Padanan Al-Quran
Ahlulbait telah dijamin kesuciannya, mereka yang menjaga tafsir Al-Quran dan sunnah-sunnah Rasul, mereka yang menjaga kesucian ajaranIslam dari penambahan dan pengurangan, dari bid’ah, khurafat dantakhayyul.
Supaya umat tidak tersesat, maka Rasulullah saw berpesan kepadamanusia agar tida tersesat jalan, sabdanya : “Wahai umat manusia!Sesungguhnya telah kutinggalkan pada kamu yang apabila kamuberpegang dengannya kamu tidak akan tersesat; kitab Allahdan `itrahku Ahlulbaitku.” (HSR Al-Turmudzi 2/308).
Ahlulbait Dikenal Umat Terdahulu
Ahlulbait telah dikenal oleh umat-umat terdahulu, antara lain olehNabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Musa—salam atas mereka.
Nabi Adam –salam atasnya–telah bermohon kepada Allah dengan hakmereka. Ibn Abbas telah berkata : “Saya telah bertanya kepadaRasulullah saw tentang kalimat-kalimat yang telah diterima Adam dariRabb-nya hingga Dia menerima taubatnya. Nabi saw bersabda : “Diatelah bermohon (kepada Allah) : Dengan hak Muhammad, Ali, Fathimah,Hasan dan Husayn terimalah taubatku, lalu Dia menerima taubatnya”.(Al-Durr al-Mantsur ketika menafsirkan firman Allah `azza wajalla : “fatalaqqa `Adamu min Rabbihi kalimat,” (QS. Al-Baqarah 37),baca juga kitab Kanzu l“Ummal 1:234.
Sebuah team ahli peneliti Rusia telah menemukan tumpukan kayu bekaskapal Nabi Nuh as. yang di dalamnya terdapat tulisan doa tawassuldengan Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaitnya.
http://ahlulbait.blogdrive.com/
Orang Soleh Ubat Hati dan Bagai Bintang
{ 26 Mac 2009 @ 3:09 pm } · { Ahlulbait, Manakib } { } · { Komentar }
Orang Soleh Ubat Hati dan Bagai Bintang
“Berziarahlah kamu kepada orang-orang soleh! Kerana orang-orang soleh adalah ubat hati.”
(Habib Abdullah Bin Muhsin Al-Attas)
“Seindah-indahnya tempat di dunia adalah tempat orang-orang yang soleh, kerana mereka bagai bintang-bintang yang bersinar pada tempatnya di petala langit.”
(Habib Alwi Bin Muhammad Al-Haddad)
Al-Habib Al-Walid Isa bin Muhammad bin Syech Al Qatmyr Al-Kaff
{ 26 Mac 2009 @ 3:07 pm } · { Ahlulbait, Manakib } { } · { Komentar }
Al-Habib Al-Walid Isa bin Muhammad bin Syech Al Qatmyr Al-Kaff
Al habib Isa merupakan sosok individu yang sangat sederhana sekali dengan pakaian ketawaddu’an ini sedikit sekali orang yang dapat mengenal siapa beliau sebenarnya. Kehidupan ekonomi al habib begitu memprihatinkan dan membuat hati kita sedih, untuk menunjang kehidupan hari-hari, al habib menerima upah menjahit pakaian. Juga terkadang beliau berdagang dengan bermodal kepercayaan dari orang yang memiliki barang-barang dagangan yang polanya serabutan.
Tempat tinggal beliau sangat sederhana sekali dimana bila kita masuk kerumahnya maka langit-langit rumahnya dapat kita sentuh dengan mengangkat tangan kita. Rumah yang Al Habib diami adalah rumah panggung kayu dua tingkat dimana Al Habib tinggal dibagian bawah rumah, dapat kita bayangkan kondisi udara yang cukup lembab.Rumah tersebut hingga saat ini masih dapat kita lihat yakni di Jl. Ali Qatmyr lrg. Kedipan 13 Ilir Palembang. Para Habaib yang ada saat itu hanya datang dan memperhatikan Al Habib saat mereka mencari nasab, mau nikah ataupun masalah warisan lebih dari itu kehidupan Al Habib nyaris terabaikan dan tidak ada perhatian sama sekali mengenai kehidupannya, sementara beliau berupaya menjaga benteng kemurnian nasab yang mulia sementara untuk yang lain kita berani berkorban mati-matian, inikah kondisi gambaran golongan Alawiyin yang sudah sakit sangat kronis sekali. Kalau Alawiyin sudah begini bagaimana masyarakat umum ?????.
Setiap ada acara-acara Al Habib selalu berada di baris bagian belakang dan sambil bertanya kepada anak-anak muda siapa namanya, nama orang tuanya, nama kakek dan neneknya. Sepulang kerumah AlHabib membuat catatan tersendiri. Pada catatannya Al Habib dengan rapi mencantumkan nama fulan bin fulan nikah dengan fulana binti fulan pada tanggal, bulan dan tahun. Kita akan kagum dan terheran-heran karena kita merasa belum mencatatkan nama kita tetapi beliau mengetahuinya. Inilah gambaran orang-orang yang ikhlas tetapi kehidupannya sangat memprihatinkan.
Bersamaan dengan masa itu juga al faqier sempat bertemu dengan Al Walid Al Habib Muhammad bin Alwi Al bin Hood Al Athas (yang menjadi ketua / Ahli nasab saat itu di Maktab Adda’imi - Rabithah Alawiyah Jakarta), Al Habib Muhammad dengan kejujuran yang ada mengatakan bahwa untuk wilayah Sumatera dan Semenanjung serta sebagian Kalimantan Al Habib Isa jauh lebih mengetahui dibanding beliau. Disini dapat kita lihat kita punya orang-orang tua jauh lebih terbuka fikirannya dibandingkan dengan kita, alfaqier sempat ceritakan mengenai kehidupan al habib Isa kepada Al Walid Muhammad bin Alwi AlAthas. Mendenger cerita alfaqier Al habib Muhammad sangat kaget dan tersentak kemudian beliau mencoba menghubungi salah seorang sahabatnya ditanah Melayu dan secara bersama-sama Al habib Muhammad dengan seorang habib dari tanah Melayu berkunjung ke kediaman Al Walid Alhabib Isa dan sedikit memberikan tanda cinta kasih sesama Alawiyin, satu tindakan yang sangat indah sekali yang belum pernah kita lakukan untuk menghargai seseorang ahli nasab.
Setelah kunjungan tersebut al Faqier sempat kembali bertemu dengan Al walid Muhammad bin Alwi Al Athas dan beliau bercerita panjang lebar. Yaa….Waladi (wahai anakku) begitukah orang-orang ditempat asal ente yang tidak menghargai orang yang memiliki ilmu yang begitu berjasa dan mempunyai kedudukan khusus disisi ALLAH dan RASULNYA ?????.
Ada satu jasa beliau lagi yang sempat luput dari pengamatam kita yaitu dalam dasa warsa tahun 1980 an Al habib Isa dengan gigih mengurus Maqam Keramat Kembang Koci Di Pelabuhan Boom Baru Palembang (alfaqier punya surat edaran yang beliau buat untuk mengumpulkan dana guna merawat maqam tersebut). Dimasa itu beliau seorang diri begitu gigih mempertahankan keberadaan maqam tersebut bahkan beliau pernah tidur di maqam tersebut kira-kira tahun 1994 awal. Pada waktu itu maqam tersebut akan di buldozzer /diratakan dengan tanah guna perluasan pelabuhan Boom Baru sehingga beliau beberapa malam menjaga kuburan tersebut jangan sampai dirusak. al faqier bertemu al habib Isa terakhir tahun 1994 dimana waktu itu beliau dalam keadaan sakit parah, kedua kaki beliau bengkak juga muka beliau nampaknya al habib terkenah gagal ginjal. Al faqier tidak melihat saat itu adanya upaya untuk membantu al habib untuk berobat ke dokter, akhirnya setelah lebih kurang satu minggu alfaqier bertemu beliau, alfaqier mendapat khabar bahwa beliau telah wafat di Palembang. Kesedihan yang sangat menyelimuti kita karena kehilangan orang besar sementara kita belum bisa menghargai jasa-jasanya.
Alhabib banyak meninggalkan catatan-catatan dalam bentuk pohon nasab dari berbagai macam qabilah. Al habib menulisnya dari almanak/tanggalan bekas karena ketidak mampuan membeli kertas dan sangat sayang sekali semua dokumentasi / hasil karya alhabib Isa banyak yang hilang, Alhabib sempat berpesan bila beliau telah tiada tolong buku yang 15 jilid di kembalikan ke Maktab Adda’imi Pusat Jakarta. Sewaktu Al Habib Zainal Abidin Assegaf menjabat sebagai ketua Maktab Adda’imi - Rabithah AlAlawiyah buku tersebut belum berada di pusat hingga menjelang tahun 1999. Alhamdulillah sebagian karya tulisan pribadi al Walid Al Habib Isa ini ada pada Alfaqier / Maktab Naqobatul Asyrof Al Kubro Jakarta. Al habib dikuburkan di qubah Al-kaff (di Palembang disebut juga qubah kecik/kecil) bersebelahan dengan qubah besar di Jalan Dr.M.Isa Kenten 8 Ilir, Palembang.
Demikianlah riwayat yang sangat singkat ini dapat al faqier tuliskan disini dan ini jauh dari sempurna tetapi hanya inilah yang untuk sementara yang bisa alfaqier tunjukkan sebagai rasa terima kasih kepada :
“GURUKU SEKALIGUS KAKEKKU TERCINTA AL WALID AL HABIB ISA BIN MUHAMMAD BIN SYECH AL-QATMYR AL-KAFF”
SEMOGA ALLAH BERKENAN MENERIMAH AMAL IBADAHNYA DAN DILAPANGKAN KUBURANNYA SEPERTI DI TAMAN SYURGA .
Amiin Ya Robbal Alamiin
http://tamanhabaib.blogspot.com/
Keutamaan Dzikir
{ 25 Mac 2009 @ 5:00 pm } · { Ahlulbait } { } · { Komentar }
Keutamaan Dzikir
Telah datang kepada kita keutamaan zikir kepada Allah SWT, dan keutamaan atau kemuliaan orang yang berzikir itu terdapat didalam alquran ataupun hadist nabi kita Muhammad SAW, dan sangat banyak sekali fadilah Nya. Allah SWT berfirman: “41. Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang “{Al Ahzab 41-42} Dan Allah juga berfirman: “Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. {Al Anfaal 45}.Kaum muslimin usahakan di mana pun kita berada kita ingat kepadanya dengan menyebut namanya yang mulia dan pasti kita akan mendapat keberuntungan darinya. Allah berfirman:“191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring.{Al Imran 191}”Dari Abi said Alkhudri RA, bahwasannya Rosulullah SAW ditanya : Ibadah apa yang sangat mulia dan tinggi derajatnya disisi Allah SWT dihari kiamat nanti? Menjawab Rosulullah SAW: Orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah. { At turmuji},ini suatu kemuliaan yang sangat tinggi. Dan orang yang lalai berzikir kepada Allah nanti dihari kiamat akan mejadi orang yang sangat rugi. Diriwayatkan Al Baihaqi dari Saidah ‘Aisah RA, Rosulullah SAW berkata: “apa bila anak cucu Adam melewatkan waktu nya tanpa zikir kepada Allah SWT,maka mereka dihari kiamat nanti menjadi orang yang sangat rugi”.
Berzikir kepada Allah dapat menerangi hati yang gelap memperbagus hati kita berkata Abu Darda” : setiap benda yang gelap ada sesuatu yang bisa bikin terang dan indah benda tersebut, dan yang bisa bikin terang hati hanya berzikir kepada Allah SWT. Kaum muslimin mari kita sama-sama meniggkatkan kecintaan kita kepada Allah dengan berzikir kepadanya, Nama Allah sangat-sangat indah untuk selalu diingat, nama yang mulia ini mengetarkan hati-hati orang yang beriman kepadanya. Mudah-mudahan Allah SWT jadikan kita orang-orang yang selalu berzikir kepadanya, mengharapkan kasih sayang nya AMIN

readmore »»